Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

SBY Peringatkan 'Malapetaka' Perang Iran-Israel, Sebut 5 'Orang Kuat'

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (Dok. Demokrat)
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (Dok. Demokrat)
Intinya sih...
  • SBY menyebut 5 pemimpin dunia sebagai penentu masa depan perdamaian dan keamanan dunia
  • Konflik Iran-Israel telah memasuki hari ketujuh
  • Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi sorotan dalam konflik ini karena sikapnya yang ambigu

Jakarta, FORTUNE - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengeluarkan peringatan keras terkait eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang telah memasuki hari ketujuh. SBY menyoroti potensi perang besar yang dapat mengguncang stabilitas global, dan menyebut nasib dunia kini berada di tangan lima pemimpin kunci.

Peringatan ini disampaikan SBY melalui akun media sosial X miliknya, Kamis (19/6), di tengah saling balas serangan antara kedua negara di Timur Tengah.

"Masa depan dunia, dari sisi perdamaian dan keamanan, ke depan ini akan ditentukan oleh lima orang kuat (strong men). Yang pertama dan kedua adalah Benjamin Netanyahu dan Ali Khamenei. Sedangkan yang ketiga, keempat, dan kelima [yang lebih kuat lagi] adalah Donald Trump, Vladimir Putin, dan Xi Jinping," demikian cuitan SBY.

Ia menegaskan, keputusan kelima pemimpin inilah yang akan menentukan apakah dunia terjerumus ke dalam malapetaka atau berhasil menjaga perdamaian.

“Jangan ada salah keputusan dan miscalculation. Kalau gegabah dan salah, akan menimbulkan kematian dan kehancuran yang dahsyat,” ujarnya.

Konflik terbaru ini meletus sejak Israel melancarkan "Operation Rising Lion," yang merupakan operasi militer dengan target fasilitas nuklir, jenderal, dan ilmuwan Iran. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim operasi ini bertujuan menghentikan "ancaman eksistensial" dan telah memundurkan program nuklir Iran "sangat jauh".

Sebagai balasan, Iran melancarkan serangan menggunakan rudal hipersonik Fattah-1 dan lebih dari 100 drone ke wilayah Israel. Salah satu serangan dilaporkan menghantam Rumah Sakit Soroka di Beersheba, yang langsung dikecam Netanyahu sebagai "tindakan teroris" dan bersumpah akan membuat Iran membayar "harga penuh".

Perang retorika pun memanas. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, akan dimintai pertanggungjawaban. Sebaliknya, Khamenei mengecam serangan Israel sebagai "kejahatan besar" dan menegaskan Iran tidak akan tunduk pada tekanan militer.

Di tengah krisis ini, peran kekuatan global menjadi sorotan. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan mendapat desakan dari Netanyahu untuk bergabung dalam perang. Namun, Trump hanya menyatakan AS "mungkin atau mungkin tidak" akan terlibat.

Sikap ambigu ini menambah ketidakpastian, meskipun Trump menolak ide Israel untuk membunuh Khamenei.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menawarkan diri sebagai mediator, mengklaim memiliki hubungan baik dengan kedua pihak. Namun, tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh Trump.

Meskipun menggarisbawahi situasi yang genting, SBY menutup pernyataannya dengan secercah harapan. Ia percaya bahwa mayoritas manusia mendambakan kedamaian dan jalan keluar masih ada.

“Perang besar, apalagi Perang Dunia ke-3, masih bisa dicegah. Harus bisa dicegah. Waktu dan jalan masih ada,” ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us