Selat Hormuz Milik Siapa? Ini Status hingga Peran Vitalnya

- Selat Hormuz terletak di antara Iran dan Oman yang menghubungkan Teluk Persia dan Teluk Oman.
- Menurut hukum internasional, Selat Hormuz dikategorikan sebagai selat internasional.
- Jika ditutup, Selat Hormuz dapat menyebabkan lonjakan harga minyak dan gas dunia.
Di tengah meningkatnya ketegangan kawasan Timur Tengah, semakin banyak orang mempertanyakan Selat Hormuz milik siapa. Terlebih, selat sempit yang membentang antara Teluk Persia dan Teluk Oman ini bukan sekadar jalur laut biasa.
Selat Hormuz bukan hanya jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman, tetapi juga merupakan salah satu titik paling strategis dalam perdagangan energi global. Sekitar seperlima perdagangan minyak dunia dan sepertiga gas alam cair (LNG) melintasi jalur ini setiap hari.
Namun, siapakah sebenarnya pemilik Selat Hormuz? Apakah wilayah ini berada di bawah kendali satu negara, atau termasuk selat internasional yang diatur hukum maritim global? Simak penjelasannya.
Lokasi dan status geografis Selat Hormuz
Selat Hormuz terletak di antara pantai selatan Iran dan bagian utara dari wilayah Musandam milik Oman. Secara geografis, selat ini menghubungkan Teluk Persia dan Teluk Oman. Di bagian selatan, wilayah Uni Emirat Arab (UEA) juga berbatasan dengan area yang berdekatan dengan selat tersebut.
Pada titik tersempitnya, Selat Hormuz hanya memiliki lebar sekitar 33 kilometer. Jalur pelayaran efektif bahkan hanya sekitar 3 kilometer di setiap arah, mengingat kondisi perairan di sekitarnya tidak cukup dalam untuk dilalui kapal besar di luar koridor tersebut.
Selat Hormuz milik siapa?
Secara hukum, belum terdapat deklarasi resmi yang menetapkan satu negara sebagai pemilik tunggal Selat Hormuz. Namun, sebagian besar wilayah selat ini termasuk dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) milik Iran dan Oman sesuai dengan ketentuan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).
Dalam hukum laut internasional, khususnya UNCLOS Pasal 37-45, Selat Hormuz dikategorikan sebagai selat internasional. Artinya, kapal dari negara mana pun diperbolehkan melintasi selat ini melalui transit passage.
Transit passage adalah lalu lintas tanpa hambatan selama dilakukan secara damai dan tidak mengancam keamanan wilayah pantai sekitarnya.
Jadi, dengan status tersebut, sebenarnya tidak ada satu negara pun yang memiliki kewenangan sah untuk menutup Selat Hormuz secara sepihak.
Bisakah Iran menutup Selat Hormuz?
Iran memiliki garis pantai terpanjang di sepanjang sisi utara Selat Hormuz. Posisi geografis ini memberi Iran akses langsung dan kemampuan untuk memantau lalu lintas di wilayah tersebut.
Sejumlah sumber menyebutkan Iran memiliki kemampuan militer yang cukup untuk "mengganggu" jalur pelayaran, seperti melalui patroli angkatan laut, drone, rudal jarak pendek, atau bahkan ranjau laut. Meskipun demikian, setiap upaya menutup Selat Hormuz akan bertentangan dengan hukum internasional, kecuali dilakukan dalam konteks konflik bersenjata yang sah menurut ketentuan PBB.
Potensi dampak jika selat ditutup
Menurut data U.S. Energy Information Administration (EIA), lebih dari 17 juta barel minyak mentah melintasi Selat Hormuz setiap hari. Jalur ini juga dilintasi oleh hampir sepertiga pasokan LNG global.
Negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab mengandalkan Selat Hormuz untuk mengekspor hasil energi ke pasar Asia, Eropa, dan Amerika. Ketergantungan tinggi terhadap Selat Hormuz menjadikannya jalur vital yang sangat dijaga.
Bahkan, penutupan Selat Hormuz berpotensi menimbulkan konsekuensi global. Dampak yang dapat terjadi meliputi:
Lonjakan harga minyak dan gas dunia, akibat terbatasnya pasokan.
Gangguan perdagangan internasional, terutama bagi negara pengimpor energi.
Ketidakstabilan pasar keuangan global, akibat ketidakpastian energi.
Potensi konflik militer, apabila terjadi konfrontasi antara kekuatan militer di kawasan tersebut.
Beberapa negara seperti Arab Saudi dan UEA, memiliki jalur pipa alternatif yang melewati daratan. Namun, kapasitasnya masih terbatas dan belum mampu menggantikan volume ekspor energi yang biasanya melewati Selat Hormuz.
Inilah mengapa Selat Hormuz dipantau secara ketat oleh berbagai kekuatan internasional. Misalnya, Amerika Serikat menempatkan armada kelima angkatan laut di wilayah ini untuk menjamin kelancaran lalu lintas kapal dan mencegah potensi gangguan.
Teknologi pemantauan canggih seperti sistem radar, pesawat nirawak (drone), dan satelit turut dikerahkan guna memastikan tidak ada hambatan dalam pergerakan kapal-kapal dagang. Kapal perang juga secara rutin berpatroli untuk merespons potensi ancaman di perairan strategis ini.
Demikian penjelasan mengenai Selat Hormuz milik siapa beserta peran dan dampaknya. Semoga informasi ini bermanfaat!