Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Stok CPO Dalam Negeri Menumpuk Akibat Ekspor Anjlok

Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Senin (9/5/2022). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/pras.
Intinya sih...
  • Stok CPO meningkat menjadi 3 juta ton
  • Produksi terus naik, sementara ekspor dan konsumsi dalam negeri menurun
  • Ekspor CPO anjlok 39,2 persen pada April 2025

Jakarta, FORTUNE - Stok minyak sawit mentah (CPO) Indonesia melonjak menembus 3 juta ton pada akhir April 2025. Lonjakan ini dipicu oleh tekanan ganda: produksi yang terus meningkat sementara permintaan ekspor dan konsumsi domestik justru anjlok.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono, mengonfirmasi bahwa produksi CPO pada April 2025 naik 2 persen menjadi 4,479 juta ton.

"Secara kumulatif, produksi CPO dan PKO sampai April 2025 mencapai 18,039 juta ton, atau naik 0,85 persen dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Mukti dalam keterangannya, Selasa (24/6).

Di tengah kenaikan produksi, data GAPKI menunjukkan pelemahan permintaan pada dua sisi. Pertama, konsumsi dalam negeri pada April turun menjadi 2,1 juta ton dari 2,168 juta ton pada bulan sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada serapan untuk program biodiesel yang anjlok 4,58 persen.

Kedua, ekspor produk sawit nasional jatuh drastis hingga 39,2 persen, dari 2,876 juta ton pada Maret menjadi hanya 1,779 juta ton pada April. Penurunan paling signifikan terjadi pada ekspor ke negara tujuan utama, di antaranya:

  • Uni Eropa: berkurang 156.000 ton

  • India: berkurang 155.000 ton

  • Amerika Serikat: berkurang 113.000 ton

  • Pakistan: berkurang 109.000 ton

  • Bangladesh: berkurang 86.000 ton

Dengan stok awal April 2,017 juta ton, kombinasi produksi yang naik dan permintaan yang turun ini membuat stok akhir membengkak menjadi 3,046 juta ton.

“Stok yang menumpuk ini menjadi perhatian serius karena bisa menekan harga pada tingkat petani dan pelaku usaha di hulu,” kata Mukti.

Namun, sebuah anomali terjadi pada nilai ekspor. Di tengah anjloknya volume, nilai ekspor kumulatif Januari-April 2025 justru naik 30,2 persen secara tahunan, dari US$8,307 miliar pada 2024 menjadi US$10,818 miliar.

Kenaikan nilai ini ditopang oleh lonjakan harga rata-rata CPO di pasar global, yang pada periode tersebut mencapai US$1.183 per ton (CIF Rotterdam), jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata US$1.001 per ton pada periode yang sama tahun lalu.

Meski demikian, tren bulanan menunjukkan tekanan. Seiring anjloknya volume, nilai ekspor khusus April 2025 turun tajam 37 persen, dari US$3,283 miliar menjadi US$2,069 miliar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us