Dampingi Lansia Agar Waspadai Penipuan Berkedok Salam Lebaran
7,19% populasi RI yang terkoneksi internet ialah lansia.
Fortune Recap
- Momen Lebaran menjadi kesempatan masyarakat Indonesia untuk saling bersilaturahmi dan berkirim pesan lebaran, termasuk gambar kreatif dan gif.
- Kemajuan teknologi membuka peluang bagi pelaku penipuan online, terutama pada lansia yang rentan terhadap kejahatan siber.
- Sebanyak 7,19% dari total populasi yang terkoneksi internet adalah lansia, namun mereka rentan karena keterbatasan pengetahuan teknologi.
Jakarta, FORTUNE - Pada momen Lebaran biasanya menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia untuk saling bersilaturahmi. Namun, bila belum ada kesempatan untuk bertemu, sejumlah masyarakat dapat saling berkirim pesan berisi salam lebaran.
Tak jarang pesan tersebut juga berisi foto, gambar bergerak atau gif, dan bentuk-bentuk kreatif lainnya. Namun, seiring makin canggihnya teknologi, tentu saja momentum ini juga bisa jadi peluang untuk para pelaku penipuan atau kejahatan online. Kondisi ini terkadang membuat para masyarakat lanjut usia (Lansia) atau orang tua kita lengah dan terjebak dalam Modus Penipuan tersebut.
Apalagi saat ini, penggunaan internet tidak lagi menjadi monopoli generasi muda. Sudah banyak lansia yang juga memakai smartphone untuk keperluan sehari-hari. Dalam sebuah survey oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), ditemukan bahwa sebanyak 7,19 persen dari total populasi Indonesia yang terkoneksi internet adalah lansia, yakni mereka yang berusia 55 tahun ke atas. Namun, dengan keterbatasan pengetahuan teknologi dan rentan terhadap kejahatan siber, lansia seringkali menjadi target empuk bagi para penipu digital.
Ini sejumlah modus penipuan online
Modus yang bisa terjadi ada banyak, misalnya pengiriman salam lebaran yang tanpa disadari korban disertai dengan file APK lewat Whatsapp. Ketika korban lengah dan menginstall aplikasi tersebut, maka pelaku akan memiliki akses ke smartphone korban.
Selain itu, modus lainnya ialah adanya nomor yang tidak dikenal mengirimkan link yang mengatasnamakan sebuah ekspedisi, memberitahukan bahwa link tersebut adalah link untuk melacak pengiriman parsel untuk korban, padahal link tersebut dikirim oleh penipu.
Lansia rentan terhadap berbagai jenis kejahatan siber, seperti penipuan lewat telepon, SMS atau WhatsApp, penipuan melalui media sosial, penyebaran informasi palsu, dan penipuan melalui platform e-commerce.
Mereka seringkali menjadi korban karena kurangnya pengetahuan tentang teknologi dan mudahnya percaya terhadap informasi yang diterima. Lalu bagaimana sih cara para lansia menghindari menjadi korban kejahatan siber, terutama saat lebaran di mana volume pesan yang diterima bisa meningkat drastis? OCBC mempunyai tips yang bisa diperhatikan:
Teliti dalam menerima telepon hingga email
Pertama, kita bisa mengimbau atau mendampingi para orang tua kita untuk jangan klik link atau buka attachment, untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan. Para orang tua juga harus teliti dalam menerima telepon, SMS hingga email.
Penyedia layanan keuangan seperti bank tentu tidak pernah meminta password dan user akun melalui telepon atau email apapun. Ingatkan untuk jangan pernah memberikan info mengenai data pribadi kepada penelepon yang tidak diketahui dengan jelas, dan selalu baca SMS dan email dengan teliti.
Abaikan tawaran iklan mencurigakan
Selanjutnya, kita bisa menimbau kepada orang tua untuk mengabaikan tawaran-tawaran dan iklan-iklan yang mencurigakan, terutama yang mengharuskan untuk mengirimkan uang atau memberikan data pribadi.
Apabila ada kesulitan atau hal yang tidak diketahui, minta bantuan kepada orang tepercaya, yang sekiranya lebih mengetahui tentang teknologi, aktivitas perbankan, dan pengoperasian internet dan aplikasi.
Selalu cari info lengkap sebelum melakukan transaksi apapun. Apabila akan melakukan transaksi, periksa dan cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai website atau aplikasi yang digunakan. Apabila menggunakan jasa keuangan, pastikan sudah terdaftar di OJK.
Selain itu, para caregiver atau orang-orang terdekat lansia juga bisa ikut berperan dalam melindungi mereka dari penipuan online. Terus ingatkan mereka akan cara-cara memproteksi diri di internet, dan terutama sekali, selalu hadir untuk mengajarkan dan menjawab pertanyaan mereka tentang teknologi, terutama smartphone dan hal-hal yang mereka gunakan sehari-hari.
Dengan adanya kesadaran dan pengetahuan tentang modus-modus penipuan ini, kesadaran akan keamanan siber di kalangan lansia juga meningkat, sehingga mereka dapat menggunakan internet dan melakukan transaksi secara lebih aman dan bijak. Apabila ada keraguan mengenai produk, layanan, dan informasi dari Bank, langsung hubungi Relationship Manager atau Customer Service yang terpercaya.
Khusus untuk nasabah OCBC, apabila menemukan atau mengindikasikan ada aktivitas yang mencurigakan, atau kalau khawatir dengan keamanan rekening, segera hubungi TANYA OCBC 1500999 atau +62-21-26506300 (dari luar negeri) atau WhatsApp ke 08121500999.
Kita bisa saling menjaga dan mengingatkan agar tidak terkena modus penipuan di hari Idul Fitri yang berbahagia. Tetap selalu waspada!