Perkembangan Industri Film Horor Indonesia: 1980–Sekarang
Mulai dari tahun 2017 film horor lebih bervariatif.
Perkembangan industri film horor Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan sesuai dengan eranya masing-masing.
Genre horor adalah salah satu genre yang sangat diminati masyarakat Indonesia. Biasanya, genre ini disangkut pautkan dengan adat budaya, mitos, hingga sejumlah stereotip yang bermunculan.
Di setiap tahunnya, genre film ini memiliki karakteristik dan jalan cerita yang berbeda-beda. Perkembangan inilah yang membuat genre ini masih banyak peminatnya hingga berpuluh tahun.
Lantas, bagaimana perkembangan industri film horor Indonesia? Simak selengkapnya di bawah ini!
Era 1980-an (Ilmu agama dan dendam perempuan)
Perkembangan industri film horor Indonesia pada era 1980-an banyak diwarnai dengan dendam perempuan. Ada berbagai macam alasan mengapa hantu perempuan dalam cerita tersebut memiliki dendam, mulai dari pemerkosaan, orang ketiga, kehamilan, dan lainnya.
Salah satu cara untuk menyelesaikan atau mengusir para hantu dalam film tersebut selalu menggunakan ajaran agama.
Misalnya saja dalam film Pengabdi Setan yang rilis di tahun 1980. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan setelah seluruh keluarga bertobat.
Selain itu, ada juga film Sundelbolong (1981) yang diperankan oleh (almarhumah) Suzanna. Dalam cerita tersebut, Suzanna menjadi hantu dan membalas kepada orang-orang yang telah menculik dan memerkosanya.
Adapula film berjudul Malam Satu Suro (1988). Dalam film ini, perempuan yang bernama Suketi melakukan aksi balas dendam. Ia dibunuh oleh pesaing bisnis suaminya yang merasa iri. Kemudian, ia menjadi hantu sundel bolong dan melakukan pembalasan.
Pada tahun 1980-an, industri film horor banyak diwarnai dengan pembalasan dendam oleh perempuan karena perlakuan yang tidak adil ia dapatkan saat masih hidup.
Di tahun ini, masih ada stereotipe bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, selalu menjadi korban atas ketidak adilan, dan korban dari tidak adanya kesetaraan gender. Namun, setidaknya perempuan di film horor mampu untuk membalaskan dendamnya.
Era 2000-an (Anak muda)
Pada tahun 1990-an industri film horor Indonesia sempat meredup. Hal ini disebabkan oleh karena bermunculannya televisi swasta dan VCD yang menjadi sarana hiburan bagi masyarakat. Selain itu, pendataan film di tahun tersebut juga masih kurang baik.
Kemudian, di tahun 2000-an genre ini kembali bangkit dan banyak disukai oleh masyarakat. Jika, di tahun 1980-an mengangkat isu dendam perempuan, lain halnya dengan era 2000-an. Di tahun ini, horor menjadi hal yang sangat dekat dengan anak muda, seperti isu tempat angker atau permainan horor.
Sebut saja film Jelangkung tahun 2001. Film ini menceritakan sekumpulan anak muda yang sedang bermain Jelangkung, yakni sebuah kepercayaan untuk memanggil arwah dengan membuat boneka dari batok kelapa. Selain itu, ada pula Di Sini Ada Setan (2003) yang disajikan dalam bentuk serial dan ditayangkan di salah satu TV swasta.
Di era ini, film atau serial horor yang lekat dengan anak muda begitu menarik. Selain menggunakan tokoh anak muda, dialog dan gaya bicaranya juga menggunakan bahasa gaul atau anak muda.
Era 2010-an (unsur erotis)
Perkembangan industri film horor Indonesia di tahun 2010-an banyak menggunakan unsur-unsur erotis atau menampilkan wanita seksi dalam film tersebut.
Mulai dari pakaian pemainnya, tokoh, hingga posternya. Sejumlah film horor di tahun ini, yakni Pocong Mandi Goyang Pinggul (2011), Rintihan Kuntilanak Perawan (2011), dan lainnya. Berkembangnya genre film horor erotis membawa dampak yang cukup merugikan bagi industri film horor Indonesia.
Pada kala itu, banyak masyarakat yang menganggap bahwa film horor Indonesia akan selalu identik dengan hal-hal erotis alih-alih berfokus pada cerita mencekam dan sinematik yang ciamik. Oleh karena itu, film horor Indonesia kurang begitu laris dan menimbulkan reaksi negatif. Padahal, di era ini memiliki beberapa film horor yang bagus, seperti Modus Anomali (2012) dan Rumah Dara (2010).
Era 2017 hingga sekarang (bervariasi dan sinematik)
Era film dimulai tahun 2017 memiliki cerita yang lebih bervariatif dan complicated. Selain itu, penonton film ini memiliki pengambilan gambar yang lebih sinematik sehingga enak untuk ditonton. Contohnya adalah film Danur (2017), Sebelum Iblis Menjemput (2018), dan lainnya.
Ada pula yang mengangkat adat budaya serta kepercayaa seperti film Inang (2022) menggunakan Rebo Wekasan sebagai landasan ceritanya.
Selain itu, film penggabungan dengan unsur religi yang diapik secara menarik di tahun ini. Salah satunya film Qorin yang akan tayang pada 1 Desember 2022 nanti yang mengambil latar film di tempat pesantren.
Film Qorin ini mengisahkan teror yang disebarkan oleh jin Qorin. Sebagaimana diketahui, dalam ajaran Islam bahwa Qorin adalah jin yang ada pada diri umat manusia.
Itulah tadi perkembangan industri film horor Indonesia yang semakin lama terus meningkat, baik dari segi cerita, maupun sinematiknya.