Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat hingga saat ini hampir 25 juta pengguna telah tersambung platform digital nasional, yakni Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan BI-FAST Payment. Dari angka tersebut, sebanyak 20,5 juta UMKM Indonesia sudah tersambung QRIS dan BI-FAST.
"Digital adalah dunia sekarang dan masa depan, anak anak kita terbiasa dengan digitalisasi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Upacara Pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Jawa 2022 yang dipantau secara virtual, Kamis (9/9).
Perry menambahkan, QRIS dan BI-FAST kini pun sudah tersambung dengan Thailand, sehingga jika masyarakat Indonesia pergi ke negara tersebut, cukup melakukan pembayaran melalui QRIS dan BI-FAST.
Selain itu, kata dia, uji coba QRIS dan BI-FAST dengan Malaysia juga sedang berlangsung sehingga sebentar lagi sistem pembayaran Indonesia akan tersambung dengan Negeri Jiran tersebut.
Lebih lanjut, pada 2024, QRIS dan BI-FAST akan disambungkan ke Singapura dan di tahun 2025 dengan Filipina. Dengan demikian nantinya QRIS dan BI-FAST akan tersambung dengan negara ASEAN-5. Selain QRIS dan BI-FAST, Perry menjelaskan kerja sama mata uang lokal (local currency settlement/LCS) juga akan berlaku di negara-negara tersebut.
"Nanti, saat membayar tidak perlu lagi rupiah ke dolar AS, dolar AS ke baht Thailand, dan lainnya. Langsung saja dari rupiah ke baht Thailand, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura, hanya dalam hitungan detik," tuturnya.
Pengembangan QRIS dan BI-FAST dalam ekonomi syariah
Tak hanya usaha konvensional, dirinya menyebutkan pondok pesantren pun kini sudah menjadi pusat pengembangan digitalisasi seperti QRIS dan BI-FAST, sehingga tidak hanya menjadi pusat ekonomi keuangan syariah.
Masifnya digitalisasi di pondok pesantren, utamanya dilakukan dalam pembayaran transaksi penjualan produk-produk UMKM di sana. Kemudian, pemberian zakat, infak, sedekah, dan sebagainya pun di pondok pesantren saat ini sudah menggunakan QRIS maupun BI-FAST.
"Mari kita terus digitalkan pondok-pondok pesantren kita, ekonomi keuangan syariah di Jawa, Jawa Timur, dan kemudian kita sambungkan ke dunia," kata Perry.
Sebelumnya, pada pertengahan Juli 2022, BI menyebutkan tengah mengembangkan penggunaan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) khusus bagi santri dan santriwati di Pesantren, melalui sistem face recognition atau pengenalan wajah.
Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta menjelaskan, pengenalan wajah pada QRIS bertujuan untuk mempermudah aktivitas para santri dan santriwati di pesantren, mengingat mereka tidak boleh menggunakan telepon genggam atau handphone.
Nantinya, para santri dan santriwati hanya perlu memindai wajahnya melalui sistem akan langsung menghubungkan dengan data rekening yang dimiliki santri, dan otomatis akan memotong uang dimiliki santri di rekening sesuai dengan jumlah yang akan dibayarkan. Rencana penggunaan fitur pembayaran ini sudah masuk dalam tahap uji coba. BI juga sudah bekerja sama dengan lembaga bank dan nonbank untuk penerapannya.