Jakarta, FORTUNE - Sekjen Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Farid Al Jawi menyampaikan keluhan terkait kenaikan harga tiket pesawat. Hal itu juga berdampak pada naiknya harga paket ibadah umrah hingga mencapai 67 persen dibandingkan sebelumnya.
"Range kenaikannya antara 1,5 juta sampai 2,5 juta. Ini tentunya sangat memberatkan karena kadang penyelenggara juga mengambil keuntungan tidak sebesar itu," katanya dalam dialog virtual di YouTube IDX Channel, dikutip Rabu (3/8).
Farid juga mengungkapkan, kenaikan harga paket umroh berkisar Rp2 juta sampai dengan Rp3 juta. "Jadi umrah rata-rata kita pakai di hotel bintang tiga itu sekitar Rp27 juta sampai Rp28 juta, dengan kenaikan ini mungkin menjadi sekitar Rp30 juta sampai Rp31 juta," katanya. Adapun untuk paket hotel bintang lima dari harga Rp32 juta bisa menjadi sekitar Rp34 juta hingga Rp35 juta.
Penyelenggara umrah dan maskapai harus kompak
Menyoal kenaikan harga, kata Farid, perlu ada sosialisasi kepada masyarakat, sehingga tidak ada persepsi negatif yang timbul akibat kebijakan tersebut sebab para penyelenggara telah menjual paket lebih awal dengan harga yang sudah disepakati. Dia menilai, kebijakan ini berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara karena terkesan menaikkan harga secara tiba-tiba tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
Selama ini kenaikan harga paket perjalanan umroh menuai beragam respon dari masyarakat. Ada yang menerima, tetapi tak sedikit pula yang keberatan.
"Kalau masyarakat tidak bisa menerima artinya ini menjadi dampak bagi kami, kami akan dianggap tidak profesional, kami dianggap tidak amanah, sehingga akan membuat industri haji dan umrah ini dinilai masyarakat kurang baik," ujarnya.
Farid menyampaikan, perlu ada diskusi terkait berapa kenaikan harga yang layak. Pihak maskapai dan penyelenggara umrah juga semestinya duduk bersama untuk koordinasi, sehingga kenaikan yang terjadi tidak dilakukan secara sepihak.
"Sehingga dengan kenaikan ini dirasa sangat berat. Bagi kami jika memang ini menjadi usaha kita bersama, tentunya para stakeholder termasuk penerbangan itu sama-sama berkomunikasi sehingga bisnis ini bisa tumbuh bersamaan," katanya.
Pemerintah diminta kendalikan harga tiket pesawat
Di sisi lain, Farid memahami maksud dari kebijakan tersebut sebagai imbas kenaikan bahan bakar avtur dan nilai dolar yang tinggi. Penyelenggara umrah pun meminta pemerintah untuk turun tangan untuk mengendalikan harga tiket pesawat.
"Tentunya kami meminta pemerintah turun tangan untuk mengendalikan harga penerbangan, sehingga tidak terkesan masyarakat yang menjadi korban," kata Farid.
Pihaknya pun sudah menyurati Kementerian Perhubungan untuk mengambil tindakan agar penyelenggara dan masyarakat tidak merasa dirugikan
"Kami sudah meminta kepada Kementerian Perhubungan tentunya melalui surat untuk bisa menetralisir atau menunda di beberapa waktu ke depan. Karena umrah peminatnya sangat tinggi. Bahkan dengan harga yang tinggi, tiketnya pun langka," ujarnya.