Bali, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan kolaborasi multilateral dalam penguatan keuangan sosial syariah, khususnya wakaf, perlu dilakukan untuk meningkatkan pemulihan ekonomi nasional. Indonesia pun gencar mendorong kerja sama pemanfaatan wakaf global melalui berbagai program inovatif seperti Awqaf Properties Investment Fund (APIF).
APIF adalah program inovasi dari Islamic Development Bank (IsDB) yang melibatkan investasi wakaf. Perry pun optimistis APIF dapat sukses diterapkan di Indonesia.
"Kita mendorong pengembangan APIF untuk mobilisasi keuangan sosial dengan pembiayaan komersial untuk menyelesaikan tantangan pemulihan ekonomi saat ini," katanya dalam High Level Discussion on Financial Inclusion: Optimizing Endowment Fund for Sustainable Financial Inclusion, yang disiarkan via YouTube Bank Indonesia, Kamis (14/7).
APIF mengintegrasikan keuangan sosial dengan komersial. APIF membangun kemitraan dengan wakif atau nadzir pada proyek-proyek wakaf produktif di negara lain. Secara umum, APIF menjalin kerja sama dengan organisasi beneficiary untuk melakukan pendanaan terhadap proyek infrastruktur atau membeli properti, misal real estate awqaf project. Ini akan menghasilkan pendapatan dan keuntungan bagi beneficiary.
Tantangan implementasi skema APIF di Indonesia
Perry memerinci beberapa tantangan untuk implementasi skema APIF di Indonesia. Pertama, minimum nilai proyek adalah US$5 juta atau Rp75,3 miliar. Nazir yang memiliki kapasitas tersebut sangat terbatas.
Kedua, minimum 25 persen dari total pembiayaan harus dikontribusi oleh nazir lokal. Nilai sebesar US$1,25 miliar tersebut juga masih terlalu tinggi untuk sejumlah nazir di Indonesia.
Ketiga, butuh bantuan teknis dari IsDB untuk memastikan suksesnya proyek. Presiden Islamic Development Bank (IsDB), Muhammad Sulaiman al Jasser mengatakan IsDB berkomitmen untuk meningkatkan peran keuangan syariah dalam pemulihan ekonomi dunia.
Ia menegaskan, bahwa pandemi membuat berbagai negara terjebak dalam utang yang kini jumlahnya naik tiga kali lipat hanya dalam dua tahun. Menurutnya, peran keuangan sosial syariah dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi celah kebutuhan pembiayaan dalam pemulihan ekonomi.
"Tidak hanya itu, keuangan sosial syariah dapat mengurangi ketidakmerataan sumber daya atau kapasitas, sekaligus menonjolkan berbagi kesejahteraan sosial bersama yang inklusif," katanya.
APIF yang dibentuk pada 2021 memiliki misi tidak hanya memobilisasi sumber daya dari kolaborasi dana sosial dan komersial, tapi juga mendorong dampak sosial di masyarakat. APIF hingga saat ini telah menjalin kerja sama dengan berbagai penerima manfaat nirlaba mulai dari pemerintah, pusat riset, dan juga organisasi amal.
"Kerja sama tersebut membantu meningkatkan standar layanan publik di mana proyek pengembangan real estat wakafnya berada," katanya.
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara anggota IsDB yang paling aktif. Total kontribusi dari Group IsDB untuk Indonesia mencapai sekitar US$6 miliar, di antaranya untuk asuransi dan sukuk.
Mengoptimalkan potensi Keuangan Sosial Islam
Perry Warjiyo menyayangkan realisasi keuangan sosial Islam (KSI) Indonesia masih jauh dari potensi yang ada. Padahal KSI berkontribusi mendukung ekonomi dan kesejahteraan sosial di Tanah Air.
"Kita harus merenungkan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini," ungkap Perry.
Pada 2021, kata dia, realisasi zakat, infak, dan sedekah di Indonesia hanya mencapai Rp14,9 triliun atau 4,5 persen dari potensi Rp327 triliun. Realisasi wakaf tunai juga hanya 0,4 persen atau Rp831 miliar dari potensi Rp188 triliun, serta tanah wakaf hanya 58,4 persen yang disertifikatkan sebanyak 55.637,62 hektare di 421.242 lokasi.
Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, yakni 231 juta orang atau 86,7 persen populasi Indonesia dan 13 persen dari total populasi Muslim dunia. Berdasarkan Charities Aid Foundation World Giving Index (CAF WGI) 2021, Bumi Pertiwi adalah negara paling murah hati di dunia, dengan sebanyak delapan dari 10 orang di Indonesia mendonasikan kekayaannya dan level relawan di Tanah Air tercatat sebanyak lebih dari tiga kali rata-rata global.
Dengan potensi itu, sejatinya KSI masih bisa dioptimalkan. Salah satunya melalui digitalisasi yang terus didorong, misalnya lewat metode memberi sedekah dan sebagainya yang kini bisa melalui smartphone.
"Ini menyasar kepada generasi milenial yang semakin bertambah kaya. Saya pikir ini penting, ada potensi di sana," tuturnya.