Jakarta, FORTUNE - Menteri BUMN sekaligus Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Erick Thohir optimistis Indonesia memiliki potensi pengembangan ekonomi syariah yang cemerlang ke depannya. Apalagi dengan modal penduduk muslim terbesar di dunia.
"Indonesia punya masa depan ekonomi yang menjanjikan terutama ekonomi syariah. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, kita sudah mulai bergerak menjadi produsen bukan lagi konsumen," katanya melalui akun Instagram @erickthohir, Minggu (25/9).
Selain itu, ia menekankan agar MES terus berupaya menggerakkan ekonomi umat. Misalnya dari program-program konkret yang akan dijalankan ke depannya.
"Melalui MES, kami terus menggerakkan ekonomi umat. Program-program konkret terus kita jalankan. Insyaallah buah dari ikhtiar ini dapat kita petik beberapa tahun mendatang," ujarnya.
Pengurus Pusat MES Handi Risza Idris, mengatakan perkembangan ekonomi syariah dalam beberapa tahun terakhir ini mulai memasuki era baru. Konsentrasi perkembangan ekonomi syariah tidak lagi didominasi oleh sektor keuangan dan perbankan, tetapi mulai masuk ke ranah sektor riil.
Lahirnya beberapa regulasi baru, seperti UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, menandakan bahwa sektor riil menjadi salah satu instrumen penting perkembangan ekonomi syariah di masa yang akan datang.
“Ekonomi syariah di Indonesia mulai menuju ke titik equilibrium barunya, mencapai keseimbangan antara sektor keuangan dan sektor riil. Potensi ini harus segera ditindaklanjuti oleh seluruh stakeholder ekonomi syariah, untuk menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai konsumen pasar industri syariah, tetapi juga menjadi produsen terbesar industri tersebut,” ujarnya, melansir laman ekonomisyariah.org pada Senin (26/9).
Empat potensi pertumbuhan ekonomi
Lebih lanjut, Erick Thohir mengatakan ada empat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, pertumbuhan ekonomi digital, akan menjadi pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia ke depan.
Kedua, hasil sumber daya alam menjadi pertumbuhan yang harus hilirisasi dan industrialisasi. Ketiga, pertumbuhan industri kreatif akan menjadi salah satu tonggak pertumbuhan.
“Saya meyakini pertumbuhan ekonomi syariah menjadi salah satu ketiga hal tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan data ekonomi Indonesia akan terus tumbuh sampai 2045, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai lima persen setiap tahunnya.
“Tetapi pertumbuhan itu masih asumsi saja yang menjadi kunci justru bisa tidak memetakan pertumbuhan itu dari mana saja dan bisa tidak diimplementasikan,” ucapnya.
Menyiapkan blue print ekonomi syariah
Dari sisi ekonomi syariah, Erick berencana membuat blue print sampai 10 tahun mendatang. Langkah ini dinilai tepat di tengah momentum pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi dan situasi geopolitik. Menurutnya, pemulihan ekonomi akan berjalan dan membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun.
“Jika berkenan kita memiliki blue print 10 tahun mendatang, sehingga siapa pun kepengurusannya komitmen implementasi yang berkelanjutan harus tetap diteruskan siapapun kepengurusannya. Kadang bangsa kita terjebak dengan istilah quick win padahal membangun pertumbuhan ekonomi dan ekosistem diperlukan keberlanjutan sustainability,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menaksir kalau pemulihan ekonomi baru akan menggeliat di tahun 2023 mendatang. Dengan berbagai tantangan yang ada, Erick Thohir membidik kesempatan yang terbuka.
"Satu, memang kita mempunyai market yang sangat besar. Kita merupakan umat muslim terbesar. Dan kalau dilihat dari data-data industri halal, kita bukan negara yang memproduksi industri halal, kita itu konsumtif industri halal," bebernya.
Guna mencapai tujuan tersebut, Erick melirik adanya sisi yang perlu dibenahi. Salah satu yang utama adalah perbaikan keuangan syariah
Berdasarkan laporan State of The Global Islamic Economy Report (SGIE Report) 2020-2021 mencatat, tahun 2021 Indonesia konsisten berada di posisi ke-4, sama halnya dengan tahun 2020. Selain sektor keuangan dan perbankan yang sudah berkembang, potensi industri syariah Indonesia juga menjanjikan, antara lainnya industri makanan dan minuman, fesyen, kosmetik dan farmasi, media, rumah sakit, perhotelan, pariwisata, dan sebagainya.