Jakarta, FORTUNE - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas membidik target peningkatan Sertifikasi Halal untuk produk asal Jepang sebesar 200 persen dalam waktu satu bulan ke depan. Ia menjelaskan bahwa target tersebut diharapkan tercapai sebelum masa jabatan Presiden Joko Widodo berakhir pada Oktober mendatang.
“Target saya 200 persen peningkatan minimal dari eksisting,” kata Menag Yaqut di sela-sela peluncuran badan halal Indonesia di Jepang Halal International Trust Organization (HITO) di KBRI Tokyo, melansir ANTARA (2/10).
Menurutnya, saat ini terdapat 150 lembaga halal asing yang sudah diakui oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag.
Sejak didirikan pada tahun 2017, BPJPH Kemenag telah menerbitkan sertifikasi halal untuk dua juta produk atau sekitar lima juta produk yang telah bersertifikat halal hingga saat ini.
Yaqut juga menambahkan bahwa pada Oktober mendatang akan dilakukan penandatanganan Mutual Recognition Agreement (MRA) atau kesepakatan pengakuan sertifikasi halal dengan berbagai lembaga halal di luar negeri.
Jumlah perusahaan di Jepang yang telah mendapatkan sertifikasi halal dari BPJPH Kemenag mencapai 35 perusahaan, dengan total 390 produk yang sudah bersertifikat halal.
Potensi produk halal di Jepang
Menurut survei Wunderman Thompson Commerce yang dilakukan pada Mei 2022, produk Jepang sangat diminati oleh konsumen Muslim, dengan tingkat impresi merek sebesar 89 persen dibandingkan produk asal Indonesia yang mendapat 84 persen.
“Dengan adanya kondisi tersebut, menjadikan Jepang ini salah satu negara yang concern terhadap isu pentingnya pengembangan industri halal,” katanya.
Pada tahun 2023, ekspor Indonesia ke Jepang mencapai US$20,8 juta atau sekitar Rp315,25 miliar. Produk ekspor unggulan Indonesia ke Jepang adalah barang-barang mineral, minyak bumi, dan turunannya yang menyumbang lebih dari 32 persen dari total ekspor.
Produk terkait industri halal menyumbang sekitar 7,26 persen dari total ekspor, dengan komoditas unggulan seperti ikan, crustacea, dan mollusca yang berkontribusi sebesar 2,27 persen.
Sementara itu, impor Indonesia dari Jepang pada tahun yang sama tercatat sebesar US$16,5 juta atau sekitar Rp249,5 miliar, dengan komoditas utama berupa mesin, alat mekanik, kendaraan, serta aksesorinya, yang mencapai 52 persen dari total impor. Komoditas terkait industri halal menyumbang 4,39 persen dari total impor.
Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, mengungkapkan bahwa pasar halal di Jepang terus berkembang, dengan nilai yang diproyeksikan mencapai 68 juta dolar AS (sekitar Rp1 triliun) hingga akhir tahun 2024, meningkat sebesar 6,3 persen dari tahun sebelumnya.
“Pertumbuhan ini dipicu oleh kenaikan permintaan baik dari komunitas Muslim lokal maupun turis Muslim,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian tahun 2021, lebih dari 1.000 perusahaan di Jepang telah mendapatkan sertifikat halal, dan 30 persen konsumen Jepang menunjukkan minat terhadap produk halal. Konsumen ini mayoritas berasal dari kalangan generasi muda, yang menjadi peluang besar bagi pasar di Jepang.
Keberadaan Himpunan Industri Halal dan Teknologi Olahan (HITO) diharapkan dapat memperluas serta memperkuat akses produk halal Indonesia, termasuk produk-produk UMKM, ke pasar internasional yang lebih luas.