Jakarta, FORTUNE - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui pemanfaatan dana zakat. Sepanjang 2024, BSI bersama BSI Maslahat telah menyalurkan zakat sebesar Rp152,30 miliar per November untuk program pemberdayaan UMKM secara berkelanjutan.
Direktur Compliance & Human Capital BSI Tribuana Tunggadewi, berharap program tersebut dapat membawa nilai tambah, kemaslahatan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat, sekaligus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah
"Dana tersebut juga dialokasikan untuk sektor ekonomi, pendidikan, kemanusiaan, kesehatan, serta dakwah dan advokasi," katanya.
Melalui sinergi ini, BSI dan BSI Maslahat memberikan bantuan permodalan, pendampingan sertifikasi halal, serta pelatihan pengelolaan keuangan bagi para pelaku UMKM. Langkah ini diharapkan dapat mengangkat para mustahik atau penerima zakat agar naik kelas menjadi muzaki atau pemberi zakat di masa mendatang.
Berdampak pada pedagang bakso
Salah satu contoh sukses program ini adalah Koperasi Ikhtiar Swadaya Mandiri (ISM) Ngudi Makmur di Jakarta Selatan, yang kini menaungi 100 pedagang bakso. Koperasi ini telah mendapatkan sertifikasi halal dan terus berkembang dengan membuka kemitraan di beberapa lokasi, seperti Roxy di Jakarta Pusat, Halim di Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat.
Joko Iskandar, pengurus Koperasi ISM Ngudi Makmur, mengungkapkan bahwa bantuan dari BSI dan BSI Maslahat sangat berarti dalam mendukung pertumbuhan usaha para anggotanya. “Jadi bantuan dari BSI dan BSI Maslahat ini adalah program dari hulu ke hilir. Hulunya adalah peternak yang berada di Lampung dan kita di koperasi ini adalah hilirnya,” ujar Joko.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ekosistem yang dibangun dalam program ini memungkinkan peternak binaan BSI Maslahat mengirimkan sapi hidup ke Rumah Potong Hewan (RPH) bersertifikasi halal.
“Nanti peternak akan kirim sapi hidup, yang akan ditampung di RPH, kita pun kerja sama dengan RPH yang sudah ada sertifikat halalnya,” tambahnya.
Dengan skema ini, daging hasil pemotongan tidak dijual ke pasar umum, melainkan langsung disalurkan kepada koperasi pedagang bakso. Model distribusi ini tidak hanya memangkas biaya produksi tetapi juga menjaga kualitas dan harga jual tetap kompetitif bagi konsumen. “Jadi ada satu mata rantai yang diputus. Kami ada di tangan kedua sekarang bukan tangan ketiga lagi,” jelas Joko.
Berkat program ini, pendapatan kotor harian para pedagang bakso binaan meningkat dari sebelumnya Rp500.000 – Rp600.000 per hari menjadi Rp700.000 hingga Rp800.000 per hari.
“Kita biasanya melakukan survei untuk memberikan manfaat, khususnya kepada para mustahik. Salah satu syaratnya adalah mereka pelaku usaha bakso atau minimal mempunyai pengalaman berjualan, lalu tergolong mustahik yang dibuktikan dengan syarat surat keterangan tidak mampu,” tutur Joko. Ia juga menekankan bahwa sinergi antara UMKM dan BSI ini telah membantu para pedagang lebih mengenal layanan perbankan syariah, seperti penggunaan QRIS BSI untuk transaksi digital.