Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa total Aset industri keuangan syariah mencapai Rp 2.756 triliun pada Juni 2024. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyatakan bahwa pencapaian aset hingga Juni ini mencerminkan kinerja positif dari industri keuangan syariah.
Friderica mengatakan, total aset industri keuangan syariah mencapai Rp2.756 triliun per Juni 2024 dan Indonesia tercatat memiliki kumpulan dana sosial yang besar, yaitu wakaf yang mencapai Rp2,23 triliun.
"Zakat infak sedekah serta dana sosial lainnya mencapai Rp 30,8 triliun," ujarnya dalam acara webinar nasional ISEI 'Urgensi Produk Halal untuk Ekonomi Indonesia Berkelanjutan' di Jakarta, mengutip ANTARA pada Rabu (28/8).
Total penyaluran pembiayaan syariah mencapai Rp14.682 triliun
Ia juga menjelaskan bahwa kinerja positif industri keuangan syariah juga terlihat dari total penyaluran pembiayaan syariah yang mencapai Rp14.682 triliun dengan pangsa pasar sebesar 47,31 persen. Sementara itu, kontribusi usaha syariah dan pembiayaan syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Juni tercatat sebesar 45,66 persen.
Lebih lanjut, bahwa OJK telah membentuk berbagai tim khusus untuk mempercepat pengembangan keuangan syariah di tingkat daerah. Hingga Juni, telah dibentuk 531 Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) dan 32 Komite Daerah Ekonomi Keuangan Syariah (KDEKS) di tingkat provinsi.
"Ini bekerja sama dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dan juga stakeholder lain di daerah yang juga memiliki satu tujuan untuk mempercepat memperluas memajukan perkembangan ekonomi dan keuangan daerah," katanya.
Namun, diakuinya bahwa masih ada tantangan dalam hal literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Berdasarkan survei indeks literasi dan inklusi keuangan syariah yang dilakukan oleh OJK dan BPS, indeks literasi keuangan syariah saat ini tercatat di angka 39,11 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah hanya mencapai 12,88 persen. Angka ini masih jauh di bawah indeks literasi keuangan nasional yang sebesar 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan yang sudah mencapai 75,02 persen.
"Angka literasi ini sudah jauh meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yang berhenti di angka 9 persen, jadi ini suatu yang sangat baik. Jadi masyarakat sudah mulai meningkat pemahamannya terhadap produk dan jasa kurang syariah tetapi secara inklusi penggunaannya tetap di angka 12 persen. Nah ini juga PR kita semua," ucapnya.