Jakarta, FORTUNE - Data Indonesia Diaspora Network (IDN) dan UNESCO Institute of Statistics, menyebutkan jumlah diaspora Indonesia di luar negeri mencapai 8 juta. Sejalan dengan hal tersebut, bagi sektor ekonomi, diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara di dunia diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di luar negeri. Makin banyak jumlah diaspora yang tersebar di luar negeri akan menyebabkan makin besar pula potensi pengembangan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan negara lain.
Hal ini juga berlaku pada sektor industri halal, seiring dengan hadirnya tren gaya hidup halal yang kian mendunia. Optimalisasi terhadap aktivitas ekspor produk halal Indonesia dapat dilakukan melalui peran diaspora Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dan strategi yang tepat, serta pola kolaborasi yang baik agar potensi diaspora Indonesia di luar negeri dapat dimanfaatkan secara optimal.
Menteri Koperasi UKM sekaligus Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Teten Masduki mengatakan, peluang ekonomi syariah ini sangat menjanjikan. State of the Global Islamic Economy Report 2022 mengestimasikan umat muslim dunia menghabiskan hingga US$2 triliun pada 2021 di sektor-sektor industri halal, mulai dari makanan, farmasi, hingga pariwisata.
“Visi Indonesia menjadi kiblat ekonomi syariah dunia bukan tanpa dasar. Di tahun 2020, PDB Indonesia merupakan yang terbesar dibanding negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam. Indonesia juga dinilai paling kompetitif dalam menarik investasi asing langsung (FDI) dibanding negara-negara OKI lainnya” kata Teten, dalam pidato kunci di Indonesia Islamic Economic Forum (IIEF) ke-IX bertajuk “Penguatan Ekosistem Ekspor Halal melalui Diaspora Indonesia”, yang dipantau via YouTube, Rabu (12/10). IIEF ini menjadi rangkaian dari agenda 9th Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, kata Teten, Indonesia merupakan pasar besar ekonomi dan keuangan syariah global. Oleh karena itu, Teten menegaskan bahwa pengembangan ekonomi syariah dalam rangka pencapaian visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia menjadi salah satu fokus MES. Hal ini sejalan dengan Garis Besar Kebijakan Organisasi (GBKO) MES.
“Sebagaimana termuat dalam GBKO tersebut, visi yang ingin kita wujudkan di tahun 2030 adalah Ekonomi dan keuangan syariah yang berkontribusi signifikan dalam ekosistem perekonomian nasional,” ujarnya.
Upaya mendukung Industri halal nasional
Adapun Ketua Dewan Pakar MES, Perry Warjiyo menjelaskan ISEF ke-9 kali ini difokuskan untuk tiga gerakan dalam rangka mendukung Industri halal nasional, yaitu menjadikan Indonesia sebagai modest fashion global, menguatkan kembali jalur rempah Indonesia dengan meluncurkan global halal hub dan ekspor produk halal, serta launching gerakan akselerasi sertifikasi halal self declare melalui kerja sama dengan BPJPH dan pemangku kepentingan lainnya.
Perry kemudian mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada MES yang telah melibatkan dirinya pada program akselerasi sertifikasi halal melalui self declare.
“Saya Bahagia dan bersyukur, baru kemarin telah dilibatkan dalam proses self declare dan hari ini langsung tancap gas telah meresmikan usaha halalnya. Saya juga berterima kasih kepada Pak Erick, Pak Teten, Pak Iggi, dan kepada seluruh pengurus MES karena dengan cepat dapat menginisiasi dan merealisasikan proses sertifikasi halal,” kata Perry.
Dalam IIEF kali ini dilakukan seremoni penyerahan sertifikat halal kepada pelaku usaha binaan MES dan sertifikat pendamping proses produk halal kepada para pendamping halal yang telah mengikuti pelatihan pendampingan halal yang diselenggarakan oleh MES dan Bank Indonesia. Selain itu, dilakukan seremoni pelepasan ekspor kopi ke Mesir dan rempah ke Ghana dengan nominal transaksi masing-masing senilai US$750.000 dan US$1.500.000.