Jakarta, FORTUNE - PT Bank Jago Tbk (Bank Jago) melalui lini bisnis Jago Syariah terus fokus berkontribusi terhadap keuangan syariah dalam negeri.
Head of Sharia Business Bank Jago Roy Iskandar mengatakan, pengembangan fitur dan inovasi melalui kerja sama menjadi strategi utama bisnis Jago Syariah. Hal tersebut diharapkan juga mendorong porsi bisnis bank syariah nasional yang masih cukup rendah.
"Kontribusi perbankan syariah masih sekitar 7 persen dari seluruh bank konvensional. Kita berharap adanya Jago Syariah berkontribusi dalam perbankan syariah nasional," ujar Roy dalam diskusi media di GIOI Menteng Jakarta, Selasa (1/11).
Produk bank syariah belum menjadi pilihan masyarakat
Roy menambahkan, potensi keuangan syariah masih cukup tinggi dengan lebih dari 230 juta umat muslim di Indonesia. Namun demikian, Roy menipai produk dan layanan perbankan syariah masih belum menjadi pilihan masyarakat.
Hal tersebut tercermin dari porsi aset hingga Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah di 2021 masih cukup rendah dibandingkan dengan bank konvensional.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat porsi aset perbankan syariah hanya sekitar 6,52 persen atau du Rp646 triliun di November 2021 lalu. Nilai tersebut jauh lebih rendah dibandinhkan aset bank umum konvensional yang mencapai Rp9.913 triliun.
DPK Bank Jago terus tumbuh
Roy menyatakan, layanan dan fitur Jago Syariah sama dengan Jago konvensional namun tetap menggunakan prinsip syariah.
Fitur-fitur di dalamnya meliputi tabungan akad wadiah, deposito mudharabah, hingga kolaborasi layanan lainnya yang terintegrasi dengan pelbagai aplikasi, seperti Gojek, Gopay, hingga Bibit.
Dikutip berdasarkan laporan keuangan Bank Jago hingga September 2022, deposito mudharabah pihak ketiga Bank Jago mencapai Rp137,9 miliar atau naik dibandingkan dengan posisi Desember 2021 di Rp110 miliar.
Sedangkan untuk pembiayaan syariah pihak ketiga Bank Jago juga meningkat dari Rp 2,04 triliun per akhir Desember 2021 menjadi Rp 2,26 triliun per akhir September 2022. Secara keseluruhan, Bank Jago sendiri telah mencatatkan pertumbuhan DPK 186 persen yoy menjadi Rp7,28 triliun.