Apa Alasan Pemerintah Ingin Jadikan BSI sebagai BUMN?

Kinerja BSI tumbuh kuat di 2021.

Apa Alasan Pemerintah Ingin Jadikan BSI sebagai BUMN?
Gedung BSI/ Dok BSI
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah terus mendorong pertumbuhan industri syariah salah satunya dengan menjadikan Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai bank BUMN dengan menyertakan modal negara melalui saham seri A Dwiwarna. 

Terkait hal ini, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin meminta agar proses penyertaan saham Dwiwarna tersebut dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 

“Saya minta dilakukan secara cermat sesuai dengan aturan yang ada. Apa yang sudah direncanakan oleh Kementerian BUMN agar dapat dieksekusi dengan baik, dengan pengawasan dari BPKP,” ungkap Ma'ruf melalui keterangan resminya, pekan lalu. 

Ma'ruf juga mengingatkan, agar upaya penyertaan modal negara tersebut tidak mengganggu permodalan dan merugikan posisi Pemegang Saham Pengendali (PSP) BSI yakni Bank Mandiri, BRI dan BNI. “Secara strategi bisnis, opsi ini harus menguntungkan perusahaan dan membawa maslahat bagi negara dan masyarakat,” pintanya. 

Jalan cepat Pemerintah, agar BSI jadi bank besar di Asia

Menanggapi hal tersebut, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menyebut keputusan Pemerintah sudah tepat. Menurutnya hal tersebut sejalan dengan niat Pemerintah menjadikan BSI bank terbesar di Asia. Namun demikian, akankah langkah tersebut menjadi jalan pintas Pemerintah untuk mewujudkan niat tersebut?

"Dengan posisinya sebagai BUMN, Pemerintah lebih mudah untuk melakukan berbagai hal dalam mendorong kemajuan BSI. Pemerintah langsung sebagai pemegang saham pengendali BSI. Bukan melalui (induk usaha) Bank Mandiri," kata Piter kepada Fortune Indonesia, Jumat (4/3). 

Meski demikian, menurutnya kinerja BSI ke depan bergantung pada komitmen Pemerintah untuk mengembangkan BSI ke pasar global. "Tetapi apakah efektif atau tidak kembali lagi apakah pemerintah memiliki grand strategi utk menjadikan BSI sebagai bank besar? Apakah pemerintah bisa konsisten dengan kebijakan dan strateginya," pungkas Piter. 

Permodalan masih jadi kendala perbankan syariah

Terlepas dari hal tersebut, Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai dukungan bank syariah terhadap berbagai aktivitas ekonomi memang relatif masih rendah. Padahal sokongan industri perbankan untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin ekonomi syariah tidak kalah penting.  

Eko menyatakan, satu kendala utama bank syariah di Indonesia adalah permodalan. Sebagaimana diketahui sektor perbankan adalah industri padat modal, yang artinya dapat bergerak dengan bebas bila memiliki kantong tebal.  

“Setelah banyak produsen masuk dalam ekonomi halal, akan lebih mudah mendorong bank-bank menyediakan layanan pembiayaan syariah. Karena pada umumnya bank follow the trade," kata Eko melalui keterangan resminya yang diterima Jumat (4/3). 

Dengan demikian,tentunya secara tidak langsung penguatan modal BSI jadi bank BUMN akan mendukung industri syariah nasional. 

Sebagai gambaran di Indonesia saat ini terdapat 12 bank syariah dan 20 unit usaha syariah (UUS). Dari 12 bank syariah tersebut, ada enam bank yang memiliki modal inti kurang dari Rp2 triliun. Sedangkan hanya satu bank yang memiliki modal inti lebih dari Rp20 triliun, yakni BSI.

Kinerja BSI tumbuh kuat di 2021

Seperti diketahui, BSI merupakan hasil penggabungan tiga bank syariah milik Himbara. BSI yang baru genap berusia satu tahun pada 1 Februari lalu memang mengemban tugas besar dari pemerintah untuk menopang ekonomi syariah dan industri halal di Tanah Air.  

Laba bersih BSI pada 2021 tercatat masih tumbuh 38,42 persen secara year on year (YoY) atau mencapai Rp3,03 triliun. Sementara itu, aset BSI telah mencapai Rp265,28 triliun. Nilai tersebut tumbuh 10,72 persen dari Rp239,58 triliun pada akhir 2020 lalu.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina