Jakarta, FORTUNE - Wakil Presiden (Wapres) Indonesia, Ma'ruf Amin menyoroti harmoni di antara Ulama dengan berbagai pilihan politik jelang Pemilu pada 14 Februari 2024 nendatang.
Ma'ruf memberikan pesan kepada para ulama, bahwa pemilihan adalah persoalan hati dan persona. Mengutip kata-kata Rasulullah, ia mengingatkan pentingnya memilih yang terbaik tanpa mengkhianati nilai-nilai agama.
Hal itu disampaikan Wapres usai menghadiri Haul ke-52 K.H. Ma'shoem Ahmad, di Pondok Pesantren (Ponpes) Kauman Lasem, Rembang, dan melanjutkan kunjungannya ke Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (27/1) malam.
Wapres pun mengapresiasi sikap positif ulama dalam menghadapi pemilu, menekankan pentingnya persatuan tanpa terpecah belah.
“Saya gembira sekali ketika tadi disampaikan bahwa kyai di sini walaupun berbeda tidak terjadi perselisihan di antara mereka soal pilihan pemilu. Saya kira itu paling utama,” kata Ma'ruf melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Senin (29/1).
Tugas para ulama jaga persatuan umat
Wapres juga menekankan tugas para ulama untuk terus menjaga persatuan umat dan seluruh bangsa Indonesia, khususnya dalam mengawal pesta demokrasi yang akan datang.
“Jangan sampai umat bertengkar karena berbeda pilihan. Ini ya supaya para ulama menjaga kita. Menjaga bukan dalam arti umat saja, tapi dalam arti bangsa Indonesia, karena persatuan adalah modal kita. Kalau sampai terjadi konflik, wah itu mundur kita, mundur lagi, rusak lagi, negara konflik itu hancur,” jelas Ma'ruf.
Mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini juga menekankan pentingnya menanggapi perubahan zaman dengan ijtihad yang sesuai.
“Ada yang namanya masalah baru yang dulu tidak ada, masalah yang dulu berbeda dengan sekarang walaupun persoalannya sama tapi modelnya sudah berubah, sehingga memerlukan ijtihad baru,” ungkapnya.
Pentingnya pengembangan ekonomi syariah
Dalam bidang ekonomi, Wapres mencermati tantangan terkait muamalah dan perlunya mengembangkan ekonomi syariah. Salah satu upaya pemerintah dalam penguatan ekonomi syariah seperti pembentukan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS).
Ia juga menegaskan perlunya konsistensi dan istikamah, namun menyadari bahwa hal itu merupakan tantangan berat. Ia pun mengajak para ulama untuk berjalan di atas garis lurus, menjaga keseimbangan, dan tidak melampaui batas.
“Saya sering ingatkan bahwa istikamah itu ternyata berat. Ini garis kita tidak boleh bergeser dari garis itu. Kalau sudah bergeser, itu sudah keluar dari garis,” tegasnya.