Jakarta, FORTUNE - Seiring dengan pemulihan ekonomi selama pandemi, sektor keuangan syariah mencatat kinerja ciamik baik di pasar global maupun lokal. Seperti apa prospeknya ke depan?
Menurut lembaga pemeringkat global S&P, aset dari sektor tersebut bertumbuh 10,6 persen pada 2020. Laporan Islamic Finance Development Indicator (IFDI) milik Refinitiv bahkan meramalkan sektor tersebut akan mencapai nilai US$4,94 triliun pada 2025 dengan peningkatan aset sebesar 14 persen menjadi US$3.374 triliun.
Tak sampai di situ, General Council for Islamic Banks and Financial Institutions pun memprediksi keuangan syariah akan tumbuh sampai menyentuh US$186 miliar dari US$4,4 triliun (nilai aktivitas finansial di negara mayoritas muslim).
Mengacu pada hasil tersebut, S&P memperkirakan industri keuangan syariah global akan meningkat 10–12 persen setiap tahun, khususnya pada 2021 dan 2022.
Pendorong Pertumbuhan Keuangan Syariah Global
Proyeksi itu mayoritas disokong oleh pemulihan ekonomi di pasar syariah, khususnya di negara-negara Teluk dan Asia Tenggara. Pertumbuhan tersebut juga dipicu oleh peluncuran proyek infrastruktur besar di Arab Saudi dan Qatar serta peningkatan penerbitan sukuk yang diramalkan akan mencapai US$140 miliar–US$155 miliar pada 2021.
Belum lagi, pemberi pinjaman pun mencatatkan pertumbuhan ciamik. Contohnya, Emirates Islamic berhasil meraup laba bersih tahunan yang mampu melesat hingga 358 persen selama 9 bulan pertama 2021.
Pangsa Pasar Keuangan Syariah Meningkat
Berkat pertumbuhan dramatis, keuangan syariah juga memperluas pangsa pasar keuangan—khususnya di negara-negara Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Sebagai gambaran, di pasar keuangan Islam terbesar dunia—GCC—yang memiliki sekitar 45 persen pangsa pasar global. Aset perbankan syariah di sana telah bertumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Mengutip riset Oxford Business Group, aset syariah naik dari 29 persen dari total aset perbankan (2018) menjadi 50,6 persen (2020) di Arab Saudi. Sementara di Kuwait meningkat dari 37,9 persen menjadi 42,5 persen dan 26,6 persen di Qatar. Begitu juga di Malaysia yang bertumbuh menjadi 30,1 persen.