Jakarta, FORTUNE – Setelah mencetak pertumbuhan ciamik, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) kembali mendapat kabar baik. Emiten itu dianugerahi peringkat terbaik oleh lembaga pemeringkatan Fitch Ratings.
Dalam situs resmi, Fitch Ratings mengafirmasi National Long-Term Rating BTPS dengan peringkat AAA (idn). Itu adalah level tertinggi yang diberikan oleh lembaga tersebut dalam skala peringkat nasional di Tanah Air. Outlook BTPS ke depannya juga dinilai stabil.
“Peringkat ini diberikan kepada emiten atau obligasi dengan ekspektasi risiko gagal bayar terendah ketimbang semua emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter serupa,” tulis Fitch Ratings, dikutip Rabu (3/11).
Faktor Pendorong Peringkat BTPS
Peringkat yang didapat BTPS disokong oleh dukungan besar dari induk perusahaan, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) yang menguasai 70 persen saham di BTPS. Bila diperlukan, ada pula dorongan dari induk utama Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).
Fitch percaya BTPN akan mendukung BTPS karena peran penting anak perusahaan itu dalam grupnya. “Fokus BTPN Syariah pada bisnis pembiayaan ultramikro dan syariah mendukung strategi BTPN untuk menjadi bank umum universal terkemuka di Indonesia, serta upaya SMBC berekspansi di Indonesia—pasar dengan prospek pertumbuhan lebih kuat ketimbang pasar domestiknya (Jepang),” begitu menurut lembaga pemeringkatan tersebut.
Terlebih, BTPN menyumbang sekitar 45 persen dari laba operasional konsolidasi BTPN selama empat tahun terakhir. Belum lagi, bila BTPN Syariah mencatatkan gagal bayar, reputasi induk perusahaan yang akan menjadi taruhannya.
Aset BTPN Syariah pun berkontribusi 10 persen dari total aset BTPN, tapi kurang dari 0,1 persen dari aset SMBC per Juni 2021. Di sisi lain, Fitch menilai, BTPS memiliki permodalan, pendapatan, dan profil profitabilitas memuaskan.
Kinerja BTPS pada Kuartal III 2021
Mengutip laporan keuangan BTPS, perseroan mencetak laba bersih hampir Rp1,1 triliun pada kuartal ketiga 2021 (Q3 2021), naik 116 persen (yoy) ketimbang laba pada periode sama tahun lalu, yakni Rp506,5 miliar.
Katalis pertumbuhan laba bersihnya ialah pendapatan penyaluran dana dengan nilai hampir Rp3,43 triliun, naik 16,8 persen (yoy) dari nyaris Rp2,94 triliun tahun lalu. Di sisi lain, bagi hasil untuk investor turun19 persen dari Rp382,57 miliar tahun lalu menjadi Rp309,59 miliar.
Untuk itu, pendapatan BTPS setelah penyaluran bagi hasil menjadi Rp3,12 triliun—naik 22,2 persen (yoy) ketimbang 2020. Jika ditambah dengan pendapatan operasional lain, maka jumlahnya menjadi Rp3,14 triliun.