Jakarta, FORTUNE - Penerbitan sukuk global diramalkan akan menyentuh US$180 miliar pada penghujung 2021. Bahkan diestimasikan, pertumbuhannya sekitar 10 persen CAGR hingga mencapai nilai US$290 miliar pada 2026.
Berdasarkan studi Sukuk Perception and Forecast 2021 dari Refinitiv, selama 9 bulan pertama tahun ini saja, penerbitan sukuk global telah terealisasi senilai US$147 miliar. Didukung oleh Crescent Finance, data Refinitiv menyebut, penerbitan Sukuk Negara (sovereign issuance) berkontribusi 58 persen terhadap capaian itu.
Indonesia Termasuk Pemimpin Penerbitan Sukuk Global
Indonesia termasuk salah satu dari para negara pemimpin penerbitan sukuk global bersama Malaysia, Arab Saudi, Turki, dan Kuwait. Secara total, kelimanya menyumbangkan 90 persen dari total sukuk yang terbit pada kuartal ketiga (Q3) 2021.
Itu didorong oleh emiten yang memanfaatkan permintaan investor global yang menginginkan pengembalian lebih tinggi dari utang pasar negara berkembang, tempat suku bunga rendah tetap bertahan.
Penerbitan Sukuk Internasional Melonjak pada Q3 2021
Asal tahu saja, penerbitan sukuk internasional—mayoritas Eurobond—melonjak menjadi US$42 miliar pada Q3 2021. Capaian tersebut bahkan lebih tinggi ketimbang seluruh sukuk yang diterbitkan pada 2020, yang bernilai US$45 miliar.
Begitu pula dengan pasar sukuk sekunder internasional yang mencapai US$699 miliar. “(Itu) telah tumbuh kuat selama lima tahun terakhir berkat lonjakan penerbitan sukuk pada periode ini,” jelas Head of Islamic Finance, Refinitiv, Mustafa Adil, dikutip dari Salaam Gateway, Jumat (5/11).
Momentum penerbitan sukuk sendiri melonjak signifikan sepanjang Q2-Q3 2020 ketika pemerintah mengambil langkah untuk mengurangi pukulan terhadap anggaran fiskal. Secara kolektif, negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council) menerbitkan sukuk senilai US$41,2 miliar—39 persen dari total utang negara yang diterbitkan pada 2021. Itu menandai rekor baru dalam sukuk negara GCC.
Tren Baru Sukuk Ritel dan ESG
Mustafa melihat tren pertumbuhan baru di bidang ritel dan ESG (environment, social, and governance). Kedua tren itu dapat melahirkan dampak positif bagi pasar penerbitan sukuk secara keseluruhan.
Dia menjelaskan, perkembangan sukuk ritel menguak naiknya penawaran sukuk secara daring sehingga memudahkan penarikan investor baru—khususnya generasi milenial yang melek teknologi. Terlebih, COVID-19 pun menguatkan kebutuhan terhadap solusi investasi digital.
Sementara untuk ESG, itu telah menjadi tren utama di pasar sukuk. “Penerbitan Sukuk LST kumulatif mencapai US$15 miliar pada Q3 2021. Total penerbitan LST mencapai US$5 miliar pada 2020 dan sedang berproses untuk mencetak rekor baru pada tahun ini,” jelas Mustafa.