Bank Mega Syariah Bukukan Laba Rp332 Miliar, Ini Penopangnya
Aset Bank Mega Syariah capai Rp16,04 triliun.
Fortune Recap
- Laba BMS ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang tumbuh positif dan fungsi intermediary yang optimal.
- Hasrul Abdurahman menyatakan laba dipengaruhi oleh margin pembiayaan, fee-based income, investasi yang memberikan imbal hasil positif, dan efisiensi biaya operasional.
Jakarta, FORTUNE - Bank Mega Syariah (BMS) mencatatkan laba sebelum pajak senilai Rp332 miliar pada 2024 alias naik 6,26 persen (yoy). Capaian laba BMS ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang masih tumbuh positif.
Financial Planning and Accounting Division Head Bank Mega Syariah, Hasrul Abdurahman, mengatakan laba sebagai salah satu tolok ukur kesuksesan finansial bank dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti fungsi intermediary yang berjalan dengan optimal sehingga meningkatkan pendapatan operasional dari margin pembiayaan serta fee-based income (FBI).
“Penyaluran pembiayaan dan investasi yang memberikan imbal hasil positif, sekaligus menjaga kualitas aset agar tetap sehat,” kata Hasrul melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat (7/1).
Selain itu, efisiensi biaya dalam pengelolaan operasional juga berperan penting, karena pengeluaran yang terkendali dapat meningkatkan margin laba dan mendukung pertumbuhan laba secara berkelanjutan.
Pembiayaan BMS naik 10,9 persen
Pada 2024, Bank Mega Syariah mampu menyalurkan pembiayaan Rp7,7 triliun atau tumbuh 10,97 persen dari Rp6,99 triliun pada 2023.
Dengan kemampuan dalam pengelolaan pembiayaan dan investasi, serta pengembangan aset baru, bank dapat menjaga pertumbuhan aset.
Bank yang mampu meningkatkan asetnya menunjukkan kapasitas untuk memperluas jangkauan bisnis dan memperbesar daya saing di pasar.
Di satu sisi, Bank Mega Syariah terus berupaya meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dengan menawarkan produk tabungan yang menarik dan memberikan nilai tambah bagi nasabah. Dengan strategi ini, diharapkan financing to deposit ratio (FDR) tetap terjaga pada level yang sehat, sehingga memungkinkan bank terus dapat menyalurkan pembiayaan tanpa mengorbankan likuiditas.
“DPK BMS mampu tumbuh 2,82 pesen. Ini membuat rasio FDR cukup baik di posisi 77,08 persen,” ujar Hasrul.
Aset Bank Mega Syariah capai Rp16,04 triliun
Berkat kinerja bisnisnya, pada 2024 Bank Mega Syariah mencatatkan pertumbuhan aset senilai Rp16,04 triliun atau tumbuh 10,15 persen (yoy).
Menurut Hasrul, salah satu indikator utama pengukuran efektivitas pengelolaan aset adalah return on asset (ROA), yang menunjukkan seberapa efisien bank dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki.
Peningkatan ROA mencerminkan strategi pengelolaan aset yang optimal, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kinerja keuangan yang lebih solid dan berkelanjutan.
Pada 2024, Bank Mega Syariah mencatatkan peningkatan aset hingga 10,15 persen dari posisi 2023. Sejalan dengan pertumbuhan aset, posisi ROA juga tercatat lebih baik dari 1,96 persen pada 2023 menjadi 2,04 persen pada 2024.
“Ini menandakan efisiensi pengelolaan aset yang semakin baik. Peningkatan ini juga mencerminkan strategi optimal dalam penyaluran pembiayaan dan investasi yang memberikan imbal hasil positif, sekaligus menjaga kualitas aset agar tetap sehat,” katanya.