Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Amazon Luncurkan Robot Otonom, Era Tenaga Manusia Mulai Ditanggalkan

202310192246-main.cropped_1697730425.jpg
Dok. Amazon

Jakarta, FORTUNE - Amazon resmi memperkenalkan robot otonom generasi terbaru di Inggris, menandai langkah besar menuju otomatisasi penuh dalam sistem logistik mereka. Perusahaan raksasa e-commerce ini semakin terbuka menyatakan pergeseran dari ketergantungan pada tenaga kerja manusia ke dominasi mesin di gudang-gudangnya di seluruh dunia.

Sejak 2020, Amazon telah mengoperasikan lebih dari satu juta perangkat otomatis, mulai dari lengan robotik hingga kendaraan pengangkut mandiri. Kini, untuk pertama kalinya, jumlah robot di fasilitas mereka hampir melampaui jumlah karyawan manusia.

Perusahaan yang dulunya dikenal sebagai pencipta lapangan kerja kini memasuki fase baru. “Seperti setiap transformasi teknologi, akan semakin sedikit orang yang melakukan pekerjaan yang telah diotomatisasi,” ujar CEO Amazon, Andy Jassy, melansir The New York Times. Ia menambahkan bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) ditujukan untuk menghapus tugas-tugas repetitif dan membuat pekerjaan manusia "lebih menarik".

Namun, gelombang otomatisasi ini juga datang bersama gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Sejak 2022, Amazon telah memecat lebih dari 27.000 karyawan, termasuk dari divisi ritel dan perangkat. Ini terjadi meski perusahaan mengklaim telah melatih 700.000 pekerja sejak 2019.

Produktivitas meningkat drastis: rata-rata satu pekerja kini mengirim lebih dari 3.870 paket per tahun, dibanding hanya 175 pada 2015. Namun, efisiensi itu dibayar mahal oleh para pekerja yang perannya digantikan oleh mesin—yang tidak pernah sakit, tidak menuntut hak, dan tidak meminta cuti.

Kekhawatiran pun meluas di kalangan karyawan, terutama mereka yang posisinya bersifat rutin. Di tengah janji Amazon soal “pengalaman kerja yang lebih baik” dan “manfaat bagi konsumen”, muncul pertanyaan besar: siapa sebenarnya yang diuntungkan?

Amazon memang bukan satu-satunya perusahaan yang mengarah ke otomatisasi. Namun, sebagai pionir global, kebijakan mereka bisa menjadi preseden yang diikuti banyak korporasi lain. Tantangannya kini adalah memastikan apakah transformasi ini akan inklusif—memberi pelatihan dan transisi adil bagi para pekerja—atau justru menciptakan ketimpangan baru dalam dunia kerja.

Mengutip lovemoney.com, sejumlah perusahaan lebih dulu memulai otomatisasi. DHL mulai menggunakan robot kolaboratif sejak 2016, termasuk Baxter dan Sawyer dari Rethink Robotics di gudang AS. Hingga November 2018, mereka telah menginvestasikan US $300 juta untuk pengembangan robotik gudang. Cainiao, unit usaha logistik Alibaba, memasang pusat pemenuhan otomatis terbesar di Cina—mengoperasikan lebih dari 700 robot sejak 2018. Pada 2022, mereka menerapkan 1.000 robot AGV di gudang Thailand.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us