Jakarta, FORTUNE – Daya Saing Digital Indonesia naik dua peringkat ke posisi 43 dunia dari 67 negara, melengkapi tren yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun lalu, Indonesia menduduki posisi ke 45.
Berdasarkan pengukuran yang tercatat dalam the International Institute for Management Development World Digital Competitiveness Ranking (IMD WDCR) 2024, Indonesia meraih posisi 43 didukung oleh tingginya angka investasi teknologi.
“Indonesia mencatat prestasi gemilang untuk teknologi dari layanan perbankan dan finansial (peringkat 2), investasi telekomunikasi (peringkat 3), dan pemodal ventura (venture capital) untuk perusahaan teknologi (peringkat 5),” menurut IMD dalam laporannya, Jumat (15/11).
Pada poin kesiapan masa depan (future readiness), hasil riset menunjukkan bahwa Indonesia punya kelincahan bisnis (business agility) yang sukses menempati peringkat 10. Kemudian, dari sisi pemanfaatan analisa big data, Indonesia menduduki peringkat ke-2, dan turut menaikkan peringkat Indonesia di antara negara lainnya.
Kepala Ekonom World Competitiveness Center (WCC), Christos Cabolis, mengungkapkan bahwa riset IMD WDCR 2024 berdasar pada data keras dan survei, dengan 52 kriteria yang digunakan untuk menentukan peringkat. Kriteria ini lalu dikelompokkan lagi menjadi tiga pilar utama, yakni pengetahuan, teknologi, dan kesiapan masa depan.
“Untuk meningkatkan daya saing digital, negara harus menyeimbangkan ketiga faktor tersebut,” katanya.
Masih perlu banyak perbaikan
Meskipun peringkat Indonesia mengalami peningkatan, namun Ekonomi Senior WCC, Jose Caballero, menilai Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengalami isu kesenjangan digital secara krusial.
“Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah pengguna internet broadband yang kemungkinan besar disebabkan oleh tidak meratanya layanan internet di beberapa daerah,” ujarnya.
Hal ini terjadi lantaran ketersediaan listrik di Indonesia belum dapat diandalkan. Selain itu, ketersediaan jaringan telekomunikasi modern yang dinilai masih kurang membuat terbatasnya partisipasi warga di pedesaan dan daerah terpencil untuk ikut memanfaatkan ekonomi digital.
Kekurangan lain yang harus diperhatikan, menurut WCC, adalah kecepatan internet pita lebar Indonesia yang tergolong sangat lambat, sehingga hanya menempati peringkat 66 dari 67 negara.
Sedangkan, dari faktor peningkatan jumlah pengguna internet, Indonesia hanya menempati peringkat 64, pembajakan software di peringkat 63), pendidikan dan pelatihan teknologi menduduki peringkat 63, dan jumlah artikel riset tentang artificial intellegence (AI) yang terbit di jurnal scopus masih minim, dan menempati peringkat ke-63.