Jakarta, FORTUNE – Semakin banyak warga Amerika Serikat (AS) yang enggan memiliki anak. Tingkat kelahiran AS menurun sebesar 4 persen pada tahun 2020 dengan tingkat kesuburan telah mencapai rekor terendah sejak masa sebelum pandemi. Menanggapi hal ini, CEO Tesla, Elon Musk mengungkapkan, bahwasanya tingkat kelahiran yang menurun dengan cepat di dunia sebagai "salah satu risiko terbesar bagi peradaban.”
Elon berpandangan, tingkat kelahiran yang rendah dapat berkontribusi pada keruntuhan masyarakat. “Begitu banyak orang, termasuk orang pintar, berpikir bahwa ada terlalu banyak orang di dunia dan berpikir bahwa populasi tumbuh di luar kendali. Itu benar-benar kebalikannya,” katanya seperti dikutip Fortune (7/12).
Musk yang memiliki 6 anak kandung, diketahui sudah mengamati penurunan populasi ini sejak lama. Bahkan, dalam cuitan Twitter-nya di bulan Juli, Musk menyatakan keprihatinannya pada penurunan populasi. “Kolapsnya populasi berpotensi menjadi risiko terbesar bagi masa depan peradaban,” tulisnya dalam cuitan tersebut.
Perubahan iklim jadi alasan
Banyak orang mengatakan keputusan tidak memiliki anak sebagian disebabkan oleh krisis iklim. Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan teknologi Morning Consult tahun lalu menemukan bahwa satu dari empat orang dewasa yang tidak memiliki anak, menyebut perubahan iklim sebagai faktor dalam keputusan reproduksi mereka.
Sementara pada bulan Juli, analis di Morgan Stanley menuliskan catatan bagi para investor tentang gerakan untuk tidak memiliki anak karena kekhawatiran atas perubahan iklim telah meningkat dan berdampak pada tingkat kesuburan lebih cepat daripada tren sebelumnya terkait penurunan kesuburan.
Faktor yang dikhawatirkan akibat perubahan iklim
Masalah perubahan iklim ternyata membuahkan sejumlah alasan, yang menjadi dasar pasangan untuk tidak memiliki anak. Berdasar analisis Morgan Stanley, beberapa orang takut anak-anak akan memperbesar pemanasan global, misalnya lewat aktivitas yang menghabiskan lebih banyak sumber daya.
Sementara yang lain khawatir tentang peristiwa cuaca ekstrem yang mungkin harus dialami anak-anak mereka dan efek sampingnya. Sebagai contoh, krisis pangan akibat gagal panen di beberapa bagian dunia.
Pengurangan populasi global bukanlah prioritas
Meski gerakan untuk tidak memiliki anak meningkat, namun beberapa ahli mengatakan bahwa mengurangi populasi global belum tentu jadi prioritas untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Masalah global dinilai membutuhkan lebih banyak tindakan konkret untuk saat ini.
“Memang benar, bahwa dengan lebih banyak jumlah orang yang mengkonsumsi juga lebih banyak sumber daya dan menyebabkan lebih banyak emisi gas rumah kaca,” ujar Kimberly Nicholas, seorang profesor asal Swedia dalam ilmu tentang keberlanjutan. “Tapi itu bukan kerangka waktu yang relevan untuk benar-benar menstabilkan iklim, mengingat kita memiliki dekade ini untuk mengurangi emisi hingga setengahnya.”