Jakarta, FORTUNE – Perusahaan teknologi media sosial, Twitter, mengumumkan pengunduran diri resmi Jack Dorsey dari posisi Chief Executive Officer (CEO) pada Senin (29/11). Namun, Dorsey akan tetap menjadi anggota dewan direksi sampai masa jabatannya berakhir pada rapat pemegang saham 2022. Sebelumnya, pada Minggu (28/11), Dorsey mengunggah cuitan di akun Twitter pribadinya, “I Love Twitter.”
Dorsey berkiprah selama 16 tahun di perusahaan yang didirikannya tersebut. Dalam beberapa bulan ke depan, ia masih akan berada dalam dewan direksi sebagai bagian dari proses peralihan ke struktur kepengurusan yang baru.
Melalui email yang ditujukan bagi para tim Twitter, Dorsey menyatakan keseriusannya dengan keputusan tersebut. ”Ini tentu saja sulit bagi saya. Saya sangat menyukai layanan dan perusahaan ini (Twitter), termasuk kalian semua. Saya benar-benar sedih, tapi kemudian benar-benar bahagia. Tidak banyak perusahaan yang mencapai level ini. Dan tidak banyak pendiri yang memilih perusahaan mereka lebih daripada ego mereka sendiri,” ujarnya dalam tulisan.
Tiga alasan pengunduran diri Jack Dorsey
Dorsey mengungkapkan 3 dalih pengunduran dirinya. "Saya memutuskan untuk meninggalkan Twitter karena saya yakin perusahaan siap untuk move on dari para pendirinya. Kepercayaan saya pada Parag sebagai CEO Twitter sangat dalam. Karyanya selama 10 tahun terakhir telah membawa perubahan. Saya sangat berterima kasih atas karyanya. keterampilan, hati, dan jiwa. Saatnya untuk memimpin," kata Dorsey melalui keterangan resmi, pada Senin (29/11).
Alasan kedua pengunduran dirinya adalah keyakinannya pada Bret Taylor yang kini menjabat sebagai pimpinan direksi. “Dia mengerti kewirausahaan, pengambilan risiko, perusahaan dalam skala besar, teknologi, produk, dan dia adalah seorang insinyur. Ia punya semua yang dibutuhkan oleh direksi dan perusahaan,” tulis Dorsey dalam sebuah email yang ia tujukan bagi seluruh tim yang ia pimpin.
Alasan ketiga, seluruh karyawan yang telah membantunya menjalankan Twitter selama ini. Ia percaya bahwa seluruh tim memiliki ambisi dan potensi besar yang bisa memajukan perusahaan ke arah yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Salah satu contohnya adalah Parag Agrawal, yang memulai karir di Twitter sebagai seorang teknisi dan kini dipercaya untuk memimpin sebagai seorang CEO.
Parag Agrawal ditunjuk sebagai CEO
Sebagai pengganti Dorsey, Chief Technology Officer (CTO) Twitter, Parag Agrawal, siap menempati posisi barunya sebagai CEO. Ia sudah bergabung bersama Twitter selama kurang lebih satu dekade dan menjabat CTO sejak 2017.
Dalam keterangan persnya, Agrawal menyatakan bersemangat memimpin Twitter dengan berbagai peluangnya di masa mendatang. “Dengan melanjutkan improvisasi dalam hal eksekusi, kami akan memberikan nilai luar biasa bagi para pengguna (Twitter) dan pemegang saham, seiring kami membentuk masa depan percakapan publik,” katanya.
Sementara itu, Dorsey menegaskan bahwa Agrawal adalah CEO yang menjadi pilihannya. “Kepercayaan saya padanya sebagai CEO sangat dalam,” tulisnya. "Saya ingin Anda semua tahu ini adalah keputusan saya dan saya meyakininya."
Menurut Dorsey, Parag sudah memiliki banyak pengalaman di berbagai kondisi kritis perusahaan. Secara pribadi, Parag adalah sosok yang penuh semangat ingin tahu, mendetail, rasional, kreatif, punya keinginan kuat, punya kesadaran tinggi, dan rendah hati. “Dia memimpin dengan hati dan jiwanya, yang saya pelajari melalui kesehariannya,” ujarnya.
Sekilas tentang Jack Dorsey
Jack Dorsey mendirikan Twitter pada 2006 dan mengirimkan cuitan pertama di dunia, “Just setting up my twttr.” Selain itu, dia mendirikan Square pada tahun 2009 setelah sempat dikeluarkan dari jabatan puncak di Twitter pada 2008. Namun, ia kembali ke perusahaan dan menjabat CEO Twitter pada 2015.
Guardian (29/11) menuliskan bahwa para investor dan beberapa staf sempat mempertanyakan gaya manajemen Dorsey dan khawatir dengan perannya di kedua perusahaan. Pada 2019, Dorsey sempat mengumumkan rencana untuk pindah ke Afrika selama enam bulan, sebuah langkah yang mengkhawatirkan baik staf maupun investor. Namun, rencana ini batal karena pandemi Covid-19 melanda.
Dorsey juga memicu badai politik menyusul keputusan Twitter untuk melarang mantan presiden Donald Trump menggunakan platform tersebut. Dia kemudian membela langkah itu sebagai "keputusan yang tepat," tetapi juga mengatakan bahwa hal tersebut adalah, "kegagalan kita, pada akhirnya, untuk menunjukkan percakapan yang sehat."
Sahamnya di Twitter dan Square telah membantu Dorsey mengumpulkan kekayaan pribadi lebih dari US$12 miliar. Pada bulan April, Dorsey mengumumkan bahwa dia memberikan US$1 miliar untuk program bantuan terkait dengan Covid-19, “kesehatan dan pendidikan anak-anak perempuan”, dan studi tentang pendapatan dasar universal (UBI) –sebuah program pembiayaan masyarakat.