Jakarta, FORTUNE – Dapatkan Anda membayangkan memiliki sebuah pakaian mewah, namun tidak ‘benar-benar’ bisa Anda kenakan? Mungkin pertanyaan ini terasa aneh dan tidak lazim, namun nyatanya, perkembangan teknologi sedang membawa peradaban manusia menuju ke sana. Bahkan, sejumlah jenama fesyen dunia, seperti Gucci, Balenciaga, atau Burberry, mulai memproduksi pakaian dan aksesori yang hanya akan hadir secara online.
Bloomberg (9/12) menuliskan sebuah kisah tentang The Dematerialised, sebuah perusahaan rintisan (startup) asal Inggris yang hanya menjual pakaian atau aksesori mewah secara virtual. Barang pertama yang dikeluarkannya, pada 12 Desember 2020, adalah sweater perak yang dijual seharga €121 atau senilai Rp1,96 juta. Sejak penjualan pertama tersebut, semua produk virtual–1.212 perenderan digital–sudah terjual hanya dalam waktu 3 jam saja.
Kisah lain, datang dari Fabricant, rumah couture–rancangan busana berkualitas terbaik–virtual Belanda, di mana pengguna membuat pakaian eksklusif untuk avatar digital mereka di platform sosial, termasuk VRChat, maupun dunia digital 3D yang popularitasnya melonjak selama pandemi. Berkolaborasi dengan Karinna Noobs, Fabricant pernah mencetak penjualan pakaian virtual termahal di tokonya, hingga €9.000 atau Rp145,9 juta.
Transaksi dengan sistem blockchain
The Dematerialised menjual produk dengan model stok yang dipopulerkan oleh streetwear, merilis sepatu, tas, atau barang lain dalam edisi terbatas, biasanya tidak lebih dari 150 unit. Hanya satu merek atau desain produk yang dirancang komputer tersedia pada satu waktu saja.
Pembeli melakukan transaksi dengan dalam model platform NFT, atau token yang tidak dapat dipertukarkan. Kemudian, pembeli akan mendapatkan sertifikat kepemilikan virtual yang berjalan pada teknologi blockchain. Dengan bukti keaslian ini, pemilik dapat memamerkan tas tangan atau gaun di VRChat, tempat puluhan ribu pengguna berinteraksi setiap hari melalui avatar mereka, termasuk memamerkan pakaian mereka.
Kemunculan Metaverse jadi pemicu utama
Pada bulan Oktober, CEO Facebook–yang berganti nama menjadi Meta–Mark Zuckerberg, mengumumkan fokus baru perusahaannya pada dunia virtual yang disebut Metaverse. Dalam sebuah video, Mark Zuckerberg terlihat menggunakan avatarnya dan rekan-rekannya untuk mencoba pakaian-pakaian avatar mereka, bermain kartu, membayar seniman, dan bahkan berselancar.
“Avatar akan menjadi biasa seperti halnya gambar profil hari ini, tetapi alih-alih gambar statis, mereka akan menjadi representasi 3D yang hidup dari Anda, ekspresi Anda, gerak tubuh Anda,” kata Zuckerberg. “Anda akan memiliki lemari pakaian virtual untuk berbagai acara yang juga dirancang oleh beberapa perancang busana dan juga berbagai aplikasi dan pengalaman.”
Terkait dengan industri fesyen, Zuckerberg juga menjelaskan bagaimana Meta akan membantu perancang pakaian membuat pakaian, dekorasi rumah, dan aksesori yang dapat dibawa dari satu platform ke platform lainnya, misalnya dari Meta Universe ke dunia game Halo.
Fesyen jadi sektor pelopor di semesta virtual
Dunia fesyen adalah industri konvensional yang menghargai kehadiran Metaverse seperti halnya dunia mode. Padahal, 20 tahun lalu jenama-jenama mewah fesyen masih ‘mencemooh’ kehadiran internet. Bahkan, pada 2008, Forrester Research melakukan survei dan mendapati hanya sepertiga dari perusahaan fesyen mewah yang menjual barang secara online. Jenama sekelas Prada pun tidak memiliki situs web pada saat itu.
Kerry Murphy, pendiri Fabricant, menyampaikan bahwa sebuah gaun, yang dilelang di Ethereal Summit, pada 2019, terjual US$9.500 di Ethereum. “Kami benar-benar menjual JPEG, sebuah gambar, dengan kontrak pintar pada stik USB yang memverifikasi kepemilikan (pembeli),” katanya. Pembeli tersebut menghadiahkan gaun itu kepada istrinya, yang kemudian membagikan foto sedang ‘memakai’ gaun itu di media sosial.
Fesyen virtual jelas masih canggung, namun nyatanya mendatangkan keuntungan. Karena tidak ada bahan baku yang dibeli, dan minim tenaga kerja, sehingga semua sisi pakaian virtual dapat menguntungkan secara finansial. Lebih dari sekedar uang, konsep ini berfokus pada penghargaan akan sebuah kreativitas. Mencetak desain di metaverse juga membuka jalan besar kreativitas yang tidak terbatas pada keinginan pasar atau batasan lain di dunia nyata.
Konsultan Cathy Hackl sedang mengerjakan ide membangkitkan desain-desain fesyen lama dalam platform Metaverse. Setiap perusahaan dengan arsip-arsip desain selama puluhan tahun dapat mengubah kekayaan intelektual itu menjadi aliran pendapatan baru
“Tidak semua yang mereka buat di metaverse harus baru. Mereka dapat memanfaatkan sejarah dan warisan mereka selama bertahun-tahun dan memperkenalkan warisan mereka kepada generasi baru,” katanya. “Nostalgia adalah sentimen yang kuat, dan pada akhirnya, kreativitas adalah kreativitas.”
Konsep ini yang dimulai oleh para gamer
Mungkin konsep kepemilikan pakaian virtual ini masih tampak konyol. Hal ini adalah tentang menghabiskan banyak uang untuk kemewahan yang tidak akan pernah bisa Anda sentuh atau pegang secara nyata. Namun, sebenarnya para gamer telah lama menggunakan pakaian virtual sebagai bagian dari eksistensi dan bagian identitas yang mereka banggakan secara online, sama seperti layaknya di dunia nyata.
Konsep pakaian virtual ini dalam dunia games sering disebut sebagai ‘skin’, atau cangkang yang dapat dibeli untuk memodifikasi penampilan tokoh yang dimainkan oleh para gamer. Sering popularitas game online, konsep pakaian virtual pun semakin diperhatikan. Ternyata, dalam perkembangannya, para pelaku bisnis fesyen menanggapi tren ini dan mulai fokus pada penciptaan simulasi dunia digital yang menghadirkan sebuah ruang layaknya di dunia nyata.