Jakarta, FORTUNE – Perusahaan teknologi, Microsoft, menggandeng perusahaan pengembang energi baru terbarukan, Pacific Northwest National Laboratorium (PNNL), menguji bahan baterai baru yang memiliki kandungan Lithium minim, dengan menggunakan Teknologi AI (kecerdasan buatan). Terobosan ini diklaim mampu lebih hemat dan berkelanjutan.
Product Leader for Azure Quantum Elements, Nathan Baker, mengatakan teknologi AI dari Microsoft melakukan evaluasi yang canggih terhadap semua elemen yang dapat bekerja, dan untuk menyarankan sejumlah kombinasi.
Algoritma akan mengusulkan 32 juta kandidat material yang disaring menjadi 500.000 bahan stabil yang baru, dan mengkerucutkannya lagi hingga berjumlah 800, dan terus terpangkas hingga menjadi 18 kandidat bahan yang menjanjikan.
“Pada setiap langkah simulasi yang mengharuskan saya untuk menjalankan perhitungan kimia kuantum, saya beralih menggunakan model pembelajaran mesin (machine learning). Jadi, saya masih mendapatkan wawasan dan observasi rinci yang didapat dari simulasinya, namun simulasi tersebut dapat berjalan hingga setengah juta kali lebih cepat,” kata Baker dalam keterangan resmi yang diterima Fortune Indonesia, Rabu (10/1).
Tujuan dari pengujian ini, kata Baker, bukan untuk menemukan ‘jarum dalam tumpukan jerami’, tetapi untuk menemukan sebagian yang mumpuni. Material yang baru ditemukan yang oleh para ilmuwan PNNL saat ini sedang diuji menggunakan litium dan natrium, serta beberapa elemen lainnya, sehingga mengurangi kandungan litium secara signifikan–kemungkinan hingga 70 persen.
Percepatan penemuan ilmiah
Chief Digital Officer PNNL, Brian Abrahamson, mengatakan kolaborasi ini membuka peluang untuk mempercepat penemuan ilmiah, terutama yang menghadirkan solusi sustainability, farmasi, dan tantangan lainnya yang mendesak, sembari memberikan gambaran tentang kemajuan yang dapat diraih dengan komputasi kuantum (quantum computing).
“Pengembangan baterai baru merupakan tantangan dunia yang sangat penting,” kata Abrahamson. “Ini merupakan proses yang padat karya. Mensintesis dan menguji bahan dengan skala manusia pada dasarnya memiliki keterbatasan.”
Teknologi AI dari Microsoft melakukan sebagian besar penyaringan, terhitung sekitar 90 persen dari waktu komputasi yang dihabiskan. Para ilmuwan material PNNL kemudian memeriksa daftar singkat tersebut hingga menjadi setengah lusin kandidat bahan.
Teknologi AI Microsoft sudah dilatih untuk bidang kimia, bukan hanya sistem baterai, alat ini dapat digunakan untuk semua jenis penelitian material, dan cloud selalu dapat diakses. "Menurut kami, cloud adalah sumber daya yang luar biasa dalam meningkatkan aksesibilitas komunitas penelitian," kata Abrahamson.
Bahan langka
Untuk diketahui, seiring upaya mengurangi penggunaan energi fosil, baterai lithium-ion semakin banyak digunakan di seluruh dunia, mulai dari ponsel, perangkat medis, kendaraan listrik, hingga satelit. Menurut Departemen Energi AS, permintaan lithium diperkirakan meningkat lima hingga sepuluh kali lipat pada 2030.
Bahan lithium sudah relatif langka dan harganya mahal. Bahkan, penambangannya kerap bermasalah secara lingkungan dan geopolitik, belum lagi persoalan gangguan keselamatan, seperti potensi terbakar atau meledak.
Oleh karena itu, banyak peneliti yang kini mencari alternatif, baik untuk lithium maupun bahan yang digunakan sebagai elektrolit berjenis padat, yang menjanjikan stabilitas dan keselamatan.