Jakarta, FORTUNE – Perusahaan teknologi Apple perlu waspada. Pasalnya, banyak pengguna produk headset Virtual Reality (VR) Vision Pro mengembalikan perangkat itu karena alasan ketidaknyamanan 14 hari usai pembelian, termasuk bagi para pembeli gelombang pertama.
Melansir The Verge, Kamis (15/2), menuliskan bahwa produk senilai US$3.500 atau Rp54,66 juta (kurs Rp15.616,46 per dolar AS) dikembalikan karena banyak pengguna yang mengeluhkan sakit kepala, mabuk perjalanan, dan ketegangan di mata.
“Meskipun penggunaannya sangat ajaib seperti yang saya harapkan, namun ternyata terlalu tidak nyaman untuk dipakai bahkan untuk waktu yang singkat karena beratnya dan desain talinya. Saya ingin menggunakannya, tapi takut memakainya,” ungkap Manajer Produk The Verge, Parker Ortolani.
Menurutnya, penggunaan perangkat tersebut menyebabkan pecahnya pembuluh darah di matanya. Satu orang lainnya juga melaporkan memiliki pengalaman serupa dengan indikasi kemerahan. “Terlalu mahal dan berat untuk mencoba membiasakan diri dengan sakit kepala dan ketegangan mata yang terus-menerus saya alami. Saya akan kembali untuk produk berikutnya,” ujar Ortolani.
Kondisi ini sebenarnya tak mengherankan, karena ukuran fisik manusia cukup beragam, dan perangkat yang diproduksi secara masal akan sangat sulit untuk bisa menyesuaikan setiap penggunanya. Alhasil, kenyamanan pasti dikorbankan, dan hal ini memberikan dampak yang tidak proporsional kepada banyak orang.
Masalah produktivitas
Menurut reporter perangkat teknologi The Verge, Victoria Song, keluhan lain yang umumnya disampaikan para pengguna Vision Pro adalah ketimpangan antara harga dan produktivitas yang ditawarkan.
“Seorang pengguna mencatat di Threads bahwa melihat layar Figma membuat mereka merasa pusing tetapi perangkat tersebut juga tidak dapat digunakan untuk pekerjaan mereka. Insinyur lain menulis di platform media sosial X bahwa pengalaman coding gagal meyakinkannnya, dan masalah fokus menyebabkan sakit kepala,” tulis Song.
Sementara itu, salah satu pengguna Reddit, mengatakan kepada The Verge, tidak yakin untuk menyimpannya. “Jika saya tidak menggunakan ini (Vision Pro) untuk produktivitas, atau jika saya tidak menyukainya untuk hiburan, dan jika tidak ada cukup permainan untuk dimainkan, maka saya tidak dapat membenarkan untuk menyimpannya,” katanya.
Manajer komunitas di Google, Carter Gibson, mengatakan bahwa perangkat Vision Pro sulit untuk digunakan untuk melakukan banyak tugas dengan banyak ‘windows’ yang terbuka. “Beberapa jenis file (juga) tidak didukung di Vision Pro. Saya juga tidak mengerti bahwa membuat slide di Vision Pro akan memakan lebih sedikit energi dibandingkan melakukannya dengan mouse dan keyboard,” ujarnya kepada Song.
Sulit memperkirakan
Song berpendapat, situasi terkini akan mempengaruhi penjualan Vision Pro di masa depan. Meski banyak orang yang mengatakan bahwa mereka akan mengembalikan perangkat tersebut, tak sedikit pula yang ingin mencoba Vision Pro generasi kedua.
Adapun, pengguna lain mengatakan masalahnya bukan pada teknologi, melainkan pada kurangnya aplikasi atau kenyamanan yang mematikan.
“Sulit juga untuk mengatakan seberapa luas fenomena ini terjadi. Meskipun para pengguna ini bersuara di media sosial, kami tidak mengetahui tingkat pengembalian sebenarnya — atau ekspektasi internal Apple terhadap Vision Pro,” tulis Song.