Jakarta, FORTUNE – Pesatnya perkembangan digital menghadirkan turut membawa sejumlah risiko bagi penggunanya. Selain literasi digital, kesadaran akan pentingnya menjaga keamanan diri di ruang siber juga perlu ditingkatkan, hal ini disebut cyber hygiene.
Cyber hygiene kian dikenal seriing potensi serangan siber dan kejahatan dunia maya lainnya yang semakin merajalela. Peluang itu tersebut bukan hanya lahir dari kecanggihan para penjahat siber, namun juga kelalaian masyarakat dalam menerapkan kebiasaan dalam penggunaan berbagai aplikasi dan perangkat berteknologi.
Menurut digitalguardian.com, istilah cyber hygiene muncul sebagai upaya pencegahan dengan menjaga kebersihan di dunia maya, untuk menghindari berbagai risiko dan ancaman yang semakin berbahaya. Untuk lebih memahaminya, berikut ini Fortune Indonesia akan mengulas tentang apa yang dimaksud dengan cyber hygiene, dengan mengutip dari sejumlah sumber.
Pengertian
Digitalguardian mendefinisikan cyber hygiene sebagai upaya atau langkah yang dilakukan pengguna komputer dan perangkat lainnya, untuk menjaga kesehatan sistem komputer dan meningkatkan keamanan online, termasuk kebiasaan untuk memastikan keamanan identitas dan detail lain yang dapat dicuri atau disalahgunakan di dunia maya.
Seperti halnya kebersihan pribadi yang dilakukan sebagai upaya pencegahan masuknya berbagai penyakit, cyber hygiene adalah sebuah praktik kebersihan di dunia siber, untuk menjaga data yang dimiliki–baik oleh perusahaan atau individu–tetap aman dan terlindungi dari berbagai serangan siber, seperti malware yang bisa mengganggu fungsionalitas.
Secara umum, hal ini berkenaan dengan tindakan pencegahan guna menjaga data sensitif secara terorganisir, aman, dan terlindungi dari pencurian atau serangan.
Sementara itu, techtarget.com mengartikan cyber hygiene sebagai serangkaian praktik yang dilakukan organisasi dan individu secara rutin untuk menjaga kesehatan dan keamanan pengguna, perangkat, jaringan, dan data.
Pada tingkat perusahaan, cyber hygiene bukan hanya jadi tanggung jawab manajer, analis, atau teknisi keamanan teknologi informasi, melainkan harus jadi perhatian semua departemen dan pengguna. Penerapannya mungkin bisa dimulai dari setiap individu, misalnya dengan menghindari penggunaan Wi-Fi publik atau menggunakan kata sandi email yang unik dan kuat, sehingga tidak mudah diretas.
Cara memulai
Untuk memulai praktik cyber hygiene, baik di tataran individu maupun perusahaan, ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan, antara lain:
- Membuat lis berbagai perangkat dan aplikasi yang kerap Anda gunakan. Untuk memudahkannya, bisa dimulai dengan kategorisasi seperti perangkat keras (misalnya komputer, smartphone, tab, dan perangkat pendukung lain seperti faks atau printer); perangkat lunak (semua program yang sudah terinstal langsung di tiap gawai, misalnya sistem operasi Windows); dan aplikasi (mencakup aplikasi web atau aplikasi apa pun yang tidak terinstal langsung di gawai).
- Membuat kajian berdasarkan lis yang sudah dibuat sebelumnya. Peralatan yang tidak digunakan harus dibersihkan dan dibuang dengan benar. Perangkat lunak dan aplikasi yang bukan versi terbaru harus diperbarui dan semua kata sandi pengguna harus diubah. Jika program tidak digunakan secara rutin, program tersebut harus dihapus instalasinya dengan benar. Program perangkat lunak dan aplikasi tertentu harus dipilih untuk menjadi pilihan khusus untuk fungsi tertentu bagi semua pengguna.
- Membuat kebijakan kebersihan yang bisa dijadikan sebuah standar, seperti rutin ubah kata sandi, rajin memperbarui perangkat lunak, cek kinerja gawai yang digunakan, pengelolaan penginstalan baru, pembatasan pengguna, kebiasaan pencadangan data ke sumber sekunder, serta penerapan kerangka keamanan siber.
Permasalahan
Untuk menghindari berbagai risiko kejahatan siber, berikut ini adalah beberapa masalah umum yang kerap terjadi di dunia maya bila tidak menerapkan kesadaran kebersihan siber di sistem yang saling terhubung secara online. Beberapa masalah tersebut, antara lain:
- Kehilangan data karena sistem penyimpanan yang tidak dicadangkan secara proporsional.
- Data salah tempat dan sulit dicari, karena tidak terkelola dengan baik dan sistematis.
- Sering terjadi pelanggaran keamanan yang mengancam sistem data perusahaan, seperti phising, spam, virus, atau ancaman peretasan.
- Perangkat lunak yang kedaluwarsa, namun tidak disadari. Hal ini cukup berbahaya, karena sangat rentan pada berbagai serangan siber.
- Penggunaan sistem keamanan yang sudah ketinggalan zaman bisa berbahaya, karena belum tentu bisa mengimbangi perkembangan ancaman yang cukup pesat.
Demikianlah beberapa hal yang perlu diketahui berkenaan dengan cyber hygiene, semoga bermanfaat.