Perbedaan Artificial Intelligence Jenis AGI dan ANI

Jenis Artificial Intelligence AGI dan ANI kerap dibicarakan.

Perbedaan Artificial Intelligence Jenis AGI dan ANI
Ilustrasi AI Generatof/Dok. Google
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Belum lama ini pendiri sekaligus CEO dari OpenAI yang menginisiasi aplikasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), Sam Altman, berkunjung ke Indonesia.

Salah satu yang dibahas dalam semuniar yang dihadiri Sam adalah bagaimana keberadaan manusia sangat penting dalam perkembangan AI di masa depan. Dari beberapa jenis AI, ia menyebutkan Artificial General Intelligence (AGI). Adapula jenis lain yang disebut sebagai Artificial Narrow Intelligence (ANI). Lantas, apa perbedaan keduanya?

Melansir hybrid.co.id, berikut ulasannya. 

Artificial General Intelligence (AGI)

Ilustrasi perangkat AI. Shutterstock/Aumpattarawut

Secara sederhana, AGI memiliki kecerdasan seperti manusia dan dapat memahami segala sesuatu di sekitarnya layaknya manusia. Jenis kecerdasan buatan ini punya kemampuan menyelesaikan beragam masalah, karena kemampuannya untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya.

Bagi Sam Altman, keberadaan AGI saat ini adalah keniscayaan. Peradaban manusia dan penemuan dalam dunia AI mulai mengarah ke AGI, namun masalah bias yang bisa timbul akibat teknologi ini menjadi satu perhatian lainnya. "Dalam masalah bias dalam sistem, keandalan ataupun dampak ekonomi diperlukan sebuah komunitas global yang bersatu dalam regulasi AGI,” ujarnya dalam acara tanya jawab di Indonesia, Rabu (14/6).

Sementara itu, ahli robotik dari MIT dan Co-founder dari iRobot, Rodney Brooks, memprediksi AGI baru bisa diwujudkan pada 2300.

Teknologi ini masih jauh dari jangkauan manusia. Meski begitu, para ahli lain seperti Sam Altman dan Richard Sutton, seorang professor of Computer Science di University of Alberta, menyebut teknologi AGI sangat mungkin bisa diimplementasikan dalam waktu dekat.

Hal ini tidak hanya akan menjadi pencapaian penting di bidang ilmu pengetahuan, tapi juga akan memberikan dampak besar di bidang ekonomi. Menurutnya, kemungkinan manusia bisa merealisasikan AGI pada 2030 hanyalah 25 persen, secara bertahap naik menjadi 50 persen pada 2040 dan kemungkinan AGI tidak pernah bisa direalisasikan adalah 10 persen.

AGI bukanlah teknologi yang mudah untuk direalisasikan, namun salah satu syarat untuk bisa menciptakan AGI yang sempurna adalah harus memiliki "indera" layaknya manusia. Selain itu, AGI juga harus memiliki kemampuan motorik seperti manusia dan emmahami bahasa alami layaknya manusia, bukannya bahasa program semata.

Hal berikutnya yang harus dimiliki sebuah AGI adalah kemampuan memecahkan masalah. Idealnya, ketika menghadapi masalah, sebuah AGI dapat mengidentifikasinya dan menemukan solusi yang tepat. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada AI yang memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengatasi banyak masalah.

Artificial Narrow Intelligence (ANI)

Ilustrasi artificial intelligence. (ShutterStock/Jirsak)

Jenis AI yang saat ini populer sudah banyak digunakan oleh manusia adalah ANI. Biasanya, ANI berfokus pada satu tugas, seperti voice assistants, facial recognition, mengendarai mobil, dan lain sebagainya.

Menurut Codebots, teknologi yang digunakan di balik ANI adalah Natural Language Processing (NLP). Keberadaan NLP akan sangat terasa ketika kita berinteraksi dengan chatbot atau voice assistant seperti Alexa.

Secara umum, ANI bisa dibagi ke dalam dua tipe, yakni reactive AI dan limited memory AI. Reactive AI memiliki fitur yang lebih sederhana yang hanya akan bereaksi berdasarkan parameter yang sudah diatur. Ia tidak memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalamannya di masa lalu.

Sementara limited memory AI dilengkapi dengan penyimpanan dan kemampuan untuk belajar. Jadi, ia akan bisa menyesuaikan responsnya berdasarkan apa yang telah ia pelajari.

Salah satu proses melatih ANI menjadi lebih cerdas adalah menggunakan teknik deep learning. ANI akan belajar berbagai macam hal berdasarkan data dalam jumlah yang banyak dan bisa berinteraksi dengan berdasar pada informasi yang diterimanya selama proses belajar.

Keberadaan ANI menjadi pondasi bagi para peneliti dan akademisi untuk membangun AI yang lebih canggih. Saat ini, teknologi speech recognition memungkinkan komputer mengubah input suara menjadi teks. Sementara computer vision dapat membuat mesin mengenali objek tertentu, seperti wajah manusia atau mengelompokkan objek.

Demikianlah penjelasan tentang ANI dan AGI yang mulai banyak diperbincangkan, terutama setelah OpenAI merilis teknologi ChatGPT yang merupakan titik mula pengembangan artificial intelligence menuju era AGI dan mungkin lebih canggih lagi.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024