Potensi Persaingan Intelijen AS-Cina di Balik Insiden Penembakan UFO

UFO mengacu pada balon udara yang disebut alat mata-mata.

Potensi Persaingan Intelijen AS-Cina di Balik Insiden Penembakan UFO
Ilustrasi penampakan UFO. (Pixabay/D5000)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Cina kembali memanas usai penembakan balon udara yang diidentifikasi sebagai Unidentified Flying Object (UFO) oleh pihak AS.

Di lain pihak, Cina mengaku bahwa balon tersebut hanyalah untuk tujuan pengawasan metereologi. Mungkinkah perseteruan ini menunjukkan adanya persaingan intelijen diantara kedua negara adidaya ini?

Melansir The Guardian, Senior Associate program keamanan Indo-Pasifik di Center for a New American Security di Washington, Jacob Stokes, mengungkapkan analisisnya mengenai kemungkinan balon khusus digunakan sebagai alat pendukung kepentingan militer.

“Balon udara dapat berfungsi sebagai relai komunikasi cadangan, jika satelit dihancurkan; atau bisa juga berfungsi sebagai kapal induk, membawa tabung berisi segerombolan drone yang bisa dilepaskan ke wilayah musuh; bahkan bisa digunakan sebagai platform di ketinggian tinggi untuk meluncurkan rudal,” tulis Guardian.

Insiden UFO antara AS dan Cina bisa memicu diskusi lebih lanjut tentang kegunaan balon udara. “Saya pikir balon udara punya lebih banyak kegunaan untuk pertahanan dan keamanan daripada yang disadari oleh komunitas keamanan nasional secara umum,” ujarnya.

Ketertarikan Cina

Ilustrasi Tiongkok. (Shutterstock/Crystal51)

Guardian melaporkan, Harian Tentara Pembebasan Rakyat, Cina, menunjukkan ketertarikannya pada aplikasi militer dalam beberapa tahun terakhir. Pada akhir 2021, harian tersebut menuliskan tentang sejarah panjang balon militer di Tiongkok, melacaknya kembali ke abad ke-5 hingga 10.

Penggunaan balon oleh militer modern termasuk pengintaian dan pengawasan, penyampaian komunikasi ketika sarana lain tidak berfungsi, pertahanan udara menggunakan balon yang ditambatkan, dan memandu serangan udara.

Bahkan, dalam artikel itu, militer AS disebut berencana menggunakan balon ketinggian tinggi untuk menyebarkan sejumlah besar sensor frekuensi radio mini di belakang garis musuh untuk membantu penargetan.

Kelebihan dan kelemahan

ilustrasi menaiki balon udara (unsplash.com/Austin Ban)

Sementara itu, anggota Komite Intelijen DPR AS dari partai Demokrat, Jimi Himes, mengatakan bahwa penggunaan balon udara memiliki tiga keuntungan saat digunakan sebagai pengumpul data intelijen.

Pertama, biayanya lebih efisien yakni US$1 miliar. “Kedua adalah waktu kerja yang tak terbatas dan tak dimiliki satelit. Sedangkan yang ketiga adalah citra dengan kualitas lebih baik daripada satelit, semakin dekat kita dengan target, maka akan semakin baik kualitasnya,” katanya.

Meski begitu, pakar teknologi dan kebijakan publik di Pusat Kajian Strategis dan Internasional AS, James Lewis, menyebut bahwa balon udara juga memiliki kelemahan dan kontribusi penggunaan balon untuk kepentingan intelijen sangatlah rendah.

“Masalah dengan balon adalah mereka pergi ke mana angin membawa mereka. 'Berkeliaran' tidak dapat diprediksi dan tidak penting untuk mengumpulkan terhadap target statis (seperti pangkalan rudal)," kata Lewis.

Rangkaian insiden UFO

Ilustrasi Tiongkok-AS. (Pixabay/Mohammed Hassan)

Usai AS dan Kanada menembak jatuh beberapa UFO dalam seminggu terakhir, Cina menyatakan telah melihat sebuah UFO lainnya di dekat perairan Qingdao.

Mengutip The Paper (13/2), pihak berwenang Beijing pun tengah bersiap untuk menembak jatuh benda terbang tak dikenal tersebut. Bahkan, para nelayan yang berada di koordinat UFO terdeteksi sudah diminta waspada dan tak perlu khawatir atas keamanan mereka.

“Pengumuman tersebut meminta nelayan untuk mengambil gambar, mengumpulkan bukti, dan membantu penyelamatan balon jika jatuh di dekat perahu nelayan mereka,” tulis portal berita ini.

Rentetan insiden ini dimulai ketika sebuah balon udara tak dikenal menarik perhatian Pemerintah AS sejak (28/1). Meski belum bisa diketahui secara pasti, namun dinas Intelijen AS berasumsi bahwa balon yang disebut UFO tersebut merupakan bagian dari program mata-mata militer Cina. Akhirnya, balon tersebut pun ditembak jatuh oleh jet tempur F-22 Raptor.

Insiden ini berlanjut dengan UFO berikutnya juga ditembak jatuh, bahkan pemeriksaannya dilakukan AS bersama dengan Kanada. “Jet tempur F-22 Amerika dengan Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara, yang dioperasikan bersama oleh Amerika Serikat dan Kanada, berhasil menembaki objek di atas Yukon,” kata PM Kanada, Justin Trudeau, (11/2).

Related Topics

IntelijenUFOCina

Magazine

SEE MORE>
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024

Most Popular

Daftar Sektor Berpotensi Tuah Manfaat Program Prabowo-Gibran
Sritex (SRIL) Pailit, Bagaimana Nasib Investor Publik dan Sahamnya?
BEI dan Target IPO 2025, Juga Upaya Mewujudkannya
Sritex Dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang
52 K/L Belum Pungut Denda dan Kurang Bayar, Total Rp3,44 Triliun
Laba Bersih Kuartal III Anjlok 28%, Unilever Enggan Ikut Perang Harga