Jakarta, FORTUNE – Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang berisi tujuh orang astronot, terancam oleh kepingan sampah luar angkasa yang berasal dari satelit tua Rusia yang hancur akibat uji coba senjata rudal anti-satelit Rusia. Peristiwa itu pun dianggap sebagai insiden yang sembrono dan tidak bertanggung jawab.
Menukil laman AP News (16/11), Administrator NASA, Bill Nelson, meradang dan menganggapnya tidak masuk akal. “Sulit dipercaya bahwa pemerintah Rusia akan melakukan tes ini dan mengancam tidak hanya astronot internasional, tetapi juga kosmonot mereka sendiri yang ada di stasiun, serta tiga orang di stasiun luar angkasa Tiongkok,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan bahwa insiden tersebut menunjukkan tindakan Rusia yang membahayakan eksplorasi dan penggunaan luar angkasa oleh semua negara. Hal ini benar-benar krusial. Sebab, dalam misi luar angkasa, hal kecil saja dapat berdampak dan menyebabkan bencana besar terjadi.
Rusia belum memberikan tanggapan resmi
Hingga Senin malam, belum ada keterangan resmi dari pemerintah Rusia terkait insiden ini. Hanya sebuah tweet dari Badan antariksa Rusia, Roscosmos, yang justru terkesan meremehkan insiden tersebut. "Orbit objek, yang memaksa kru hari ini untuk pindah ke pesawat ruang angkasa sesuai prosedur standar, telah menjauh dari orbit ISS. Stasiun berada di zona hijau," demikian bunyi cuitan dimaksud.
Menurut pernyataan di Twitter itu, apabila kondisi memburuk dan para kosmonot terpaksa harus melarikan diri dengan cepat, mereka diperintahkan ke dalam kapsul mereka yang berlabuh. Kini, para kru Rusia sudah melakukan operasi rutin kembali. Bahkan, komandan stasiun luar angkasa, Anton Shkaplerov, mencuitkan, “Teman-teman, semua kembali sudah kembali seperti biasa.”
Bill Nelson menyampaikan bahwa Rusia dan Amerika telah memiliki kemitraan luar angkasa selama setengah abad, sejak misi gabungan Apollo-Soyuz pada tahun 1975. “Saya tidak ingin itu terancam,” katanya kepada AP. "Anda harus mengoperasikannya bersama-sama."
Risiko besar yang dihadapi para astronot
Nelson mengungkapkan bahwa para astronot AS menghadapi risiko empat kali lebih besar dari biasanya. Mereka terancam oleh puing-puing yang cukup besar dan ratusan ribu kepingan yang lebih kecil tidak terdeteksi. "salah satunya dapat menyebabkan kerusakan besar jika mengenai tempat yang tepat," katanya.
Saat situasi mengancam, empat orang Amerika, satu Jerman dan dua Rusia di kapal diperintahkan untuk segera mencari perlindungan di kapsul mereka yang berlabuh. Mereka menghabiskan dua jam di dua kapsul.
Menurut Nelson, mereka muncul hanya untuk menutup dan membuka kembali palka ke laboratorium individu stasiun di setiap orbit, atau 1,5 jam, saat mereka melewati dekat atau melalui puing-puing. Pada akhir hari, hanya palka ke inti pusat stasiun yang tetap terbuka, saat kru tidur.
Astronot NASA, Mark Vande Hei, yang sedang menjalani misi selama setahun, menyebut insiden ini sebagai ‘hari yang gila tapi terkoordinasi dengan baik’. “Itu tentu cara yang bagus untuk menjalin ikatan sebagai kru, dimulai dengan hari kerja pertama kami di luar angkasa,” katanya.
Tes senjata lain yang pernah dilakukan
Tes senjata seperti yang dilakukan Rusia bukanlah yang pertama. Sebelumnya, Tiongkok pernah melakukan hal serupa pada tahun 2007 dan menghasilkan puing-puing tak terhitung jumlahnya. Salah satu dari potongan-potongan itu mengancam akan mendekati stasiun luar angkasa minggu lalu. Meskipun kemudian dianggap sebagai risiko, NASA tetap memindahkan stasiun itu.
Uji coba rudal anti-satelit oleh AS juga pernah dilakukan pada 2008 dan India pada 2019, namun dilakukan pada ketinggian yang jauh lebih rendah, jauh di bawah stasiun luar angkasa sekitar 260 mil (420 kilometer). Hingga Senin, Komando Luar Angkasa AS telah melacak sekitar 20.000 keping sampah antariksa, termasuk satelit tua dan rusak dari seluruh dunia.