Jakarta, FORTUNE - Di antara orang-orang kaya yang hartanya melayang selama dunia teknologi dunia dilanda musim dingin alias winter alias penurunan kinerja, ada seorang taipan Cina, Jack Ma.
Tiga tahun lalu, dia merupakan orang paling tajir seantero Asia dengan jumlah kekayaan mencapai US$61,7 miliar atau lebih dari Rp924 triliun.
Namun, kini sosok yang sempat memantik ketidaksukaan otoritas negaranya itu tinggal nyaris separuhnya pada sekitar US$30 miliar atau kurang dari Rp450 triliun. Bahkan, dalam sepekan belakangan saja, hartanya tergerus sekitar US$4 miliar atau sekitar Rp60 triliun, demikian warta Fortune.com.
Pria berusia 58 itu—yang pernah dua kali gagal untuk lolos ujian masuk kuliah serta ditolak puluhan perusahaan sebelum mendirikan raksasa e-commerce, Alibaba, pada 1999—memiliki kekayaan yang tidak dapat dilepaskan dari Alibaba dan layanan pembayaran online Ant Group.
Kedua entitas usaha itu telah disorot oleh otoritas Cina dalam beberapa tahun belakangan, apalagi setelah dia secara terbuka melontarkan kecaman terhadap regulator dalam bidang keuangan.
Kuatnya tekanan pemerintah atas Alibaba dan dia secara personal menjadi penyebab dari batalnya aksi penawaran saham perdana (IPO) Ant Group yang bernilai US$34,5 miliar. Jack Ma pun melepas kendali dari perusahan teknologi keuangan itu, dan Alibaba dikenai denda US$2,8 miliar berkenaan dengan undang-undang antitrust.
Pada pekan lalu, otoritas keuangan Cina menyatakan memasuki babak akhir penyelidikan terhadap Ant. Perusahaan itu kemungkinan bakal dikenai denda hampir US$1 miliar atau sekitar Rp15 triliun karena melanggar regulasi tentang perlindungan konsumen dan tata kelola perusahaan. Nominal tersebut menjadi salah satu denda terbesar yang pernah dijatuhkan atas sebuah perusahaan internet di Cina, begitu kabar dari Reuters.
Kepemilikan Jack Ma di Ant kini ditaksir menyusut US$4 miliar dibandingkan dengan nilainya setahun lalu. Sementara, valuasi perusahaan tersebut melorot dari US$315 miliar menjelang IPO yang berkisar US$78,5 miliar.
Seandainya saja IPO itu kadung tergelar, kekayaan Jack Ma mungkin saja terdongkrak miliaran dolar, dan menempatkannya dalam golongan orang-orang berkantong paling tebal sejagat. Alibaba bahkan pernah merasakan status sebagai perusahaan dengan nilai IPO terbesar pada 2014 dengan capaian US$25 miliar ketika pertama kali melantai di bursa New York.
Sialnya, gebukan dari otoritas Cina menghasilkan efek yang sebaliknya. Perusahaan-perusahan yang Jack Ma dirikan itu dilaporkan rugi US$850 miliar atau lebih dari Rp12.700 triliun!