Jakarta, FORTUNE - Tahun 2021 menorehkan rekam jejak tersendiri bagi cryptocurrency. Dunia kripto menjadi lebih terkenal sejak adanya 'meme' lelucon yang ditujukan bagi para hedge fund yang terkesan mencurangi para trader di saham GameStop pada awal tahun ini.
Beberapa cryptocurrency yang populer seperti Bitcoin, Ethereum, dan Dogecoin terkenal pun berhasil melonjak ke level tertinggi barunya. Ini cukup menarik perhatian dari orang-orang yang mungkin belum terbiasa dengan industri ini sebelumnya.
Faktanya, dunia kripto memang tidak dapat diprediksi. Pasar masih sangat fluktuatif dan hampir sepenuhnya berjalan tanpa aturan pasti, bahkan cuitan Elon Musk pun bisa mengguncang harga kripto.
Sepanjang 2021, banyak pula investor kripto pemula yang melompat dengan berani tanpa dengan wawasan dan pengetahuan yang mumpuni. Tak ayal mereka menjadi sasaran empuk para scammers untuk menipu dan tentunya untuk mendapatkan uang dengan cara yang salah. Dilansir dari Mashable, Rabu (15/12), berikut rangkuman kasus-kasus penipuan terbesar di pasar kripto sepanjang tahun ini.
1. Squid Game token
Koin digital (token) Squid Game (SQUID) diluncurkan pada akhir Oktober lalu, tepatnya Selasa (26/10) berdasarkan alur cerita dari serial Netflix asal Korea Selatan, Squid Game.
Sebagai informasi, alur cerita dari serial Squid Game ini menampilkan kontestan yang memainkan permainan anak-anak, tapi dengan versi yang lebih mematikan. Tujuannya untuk memenangkan hadiah uang tunai di akhir permainan.
Sama seperti alur ceritanya, token SQUID mengikuti aturan yang sama. Pemain akan melewati enam game online untuk memenangkan hadiah uang. Bedanya, tentu di sini tidak melibatkan game yang mematikan.
“Tidak ada lagi dunia dystopian di mana sebuah organisasi misterius mengumpulkan orang-orang yang memiliki utang dalam jumlah besar dan hidup di tepi jurang. Semua orang di sini di dunia kripto dapat berpartisipasi dalam Game Squid dengan token SQUID atau NFT terkait di pasar kami,” kata white paper dari proyek tersebut.
Game 1 dari permainan ini sebelumnya memiliki biaya masuk sebesar US$4,56 atau membutuhkan 456 SQUID token saat pertama kali diluncurkan. Adapun harga awal token SQUID hanya sebesar US$0,01287/koin (Rp183/koin, asumsi kurs saat itu Rp14.250 per US$).
Enam hari setelah diluncurkan, yakni Senin (1/11), token SQUID berhasil melesat hingga mencapai ratusan ribu persen, sekitar 221.000 persen menjadi US$2.856,64 per koin (Rp40.707.120/koin), hanya dalam waktu singkat.
Namun, esok harinya atau Selasa (2/11/) harga token SQUID langsung ambruk hingga 100 persen menjadi US$0,002851 per koin atau Rp41 per koin.
CoinMarketCap juga telah melaporkan, bahwa pihaknya menerima laporan dari pembeli token SQUID bahwa situs web dan media sosial SQUID tidak lagi berfungsi. Bahkan sebelumnya, pengguna token juga tidak dapat menjual tokennya di platform pertukaran Pancakeswap.
Beberapa pihak juga mengatakan, bahwa sang pengembang game online beserta koin digitalnya—yang hingga kini belum diketahui namanya—sudah meninggalkan proyek alias kabur setelah mengetahui harga token SQUID terjatuh hingga ke bawah US$0.
Hal ini ditelusuri dari salah satu pengguna Twitter @__trick, yang menandakan bahwa pengembang proyek Squid Game telah “menarik karpet” pemegang SQUID.
Parahnya lagi, data dari BscScan menunjukkan bahwa sebuah alamat yang dilabeli oleh situs web sebagai “dilaporkan terlibat dalam penarikan karpet” token SQUID dan mengkonversikannya ke token binance coin senilai jutaan dolar.
Pihak yang mengaku bagian dari pengembang SQUID mengatakan melalui Telegram resminya bahwa pengembang tidak ingin terus menjalankan proyek tersebut karena depresi akibat berurusan dengan para scammers.
"Seseorang mencoba meretas proyek kami akhir-akhir ini. Tidak hanya akun Twitter @GoGoSquidGame, tetapi juga kontrak pintar kami. Kami mencoba melindunginya, tetapi harganya masih tidak normal. Squid Game Dev tidak ingin melanjutkan proyek karena kami tertekan dari scammers. Kami harus menghapus semua batasan dan aturan transaksi Squid Game," tulis pengembang SQUID di Telegram, dikutip dari CoinDesk.
Token SQUID dikabarkan menganut sistem yang sama dari serial Netflix Squid Game, di mana hanya seorang pemenang yang bisa mendapat uang dari suatu pertandingan yang cukup mematikan.
Hanya saja, di token SQUID, mereka tidak menggunakan cara mematikan, tetapi caranya mendapatkan uang tersebut mirip dengan yang ada di serial tersebut, yakni hanya satu orang saja yang berhak mendapat uang tersebut.
Hal inilah yang menjadikan token SQUID dianggap sebagai kasus penipuan kripto terbesar di dunia, karena para pengembang token ini seakan tidak bertanggung jawab atas proyek kriptonya dan lebih memilih mengambil langkah seribu.
2. SaveTheKids / FaZe saga
Mendorong cryptocurrency adalah bisnis besar bagi influencer media sosial pada tahun 2021. Sejumlah besar kripto yang dipromosikan oleh bintang Instagram favorit Anda atau selebriti TikTok akhirnya menjadi skema pom pom (pump and dump).
Namun, tidak ada contoh lain dari celah cryptocurrency yang dihipnotis oleh influencer yang dapat menandingi apa yang terjadi di token SaveTheKids.
Pada awal Juni lalu, anggota FaZe Clan Kay, Teeqo, Jarvis, dan Nikan, bersama dengan YouTuber RiceGum mulai mempromosikan cryptocurrency berbasis amal yang disebut SaveTheKids.
Para influencer ini tidak hanya mengeluarkan beberapa tweet yang membutuhkan hanya beberapa detik untuk mengetik. Mereka juga merekam video promosi dan meminjamkan gambar mereka ke situs web SaveTheKids.
Promosi penjualannya cukup sederhana, yakni 'investasikan di kripto baru ini yang pasti akan sukses karena hubungannya dengan merek Esports terbesar di planet ini', dan proyek ini juga akan membantu mengumpulkan uang untuk amal anak-anak terlantar.
Namun, kejadian tak terduga mulai muncul. Sang pengembang terindikasi tidak bertanggung jawab dan dilaporkan melarikan diri dengan membawa uang penggunanya.
Tak lama setelah token SaveTheKids diluncurkan secara resmi, kripto tersebut langsung merosot karena aksi jual besar-besaran dari investor awal yang memegang mayoritas token. Begitu SaveTheKids go public, nilainya tidak lagi berharga.
Mungkin segalanya bisa berakhir di sana, di mana seluruh situasi tersebut dianggap sebagai penipuan koin alternatif terbesar yang pernah ada. Namun, beberapa orang memperhatikan FaZe Kay, khususnya memiliki kecenderungan untuk mempromosikan cryptocurrency serupa, tetapi berakhir seperti ini.
YouTuber seperti Coffeezilla, SomeOrdinaryGamers, dan Barely Sociable segera menemukan jaringan penipuan yang melibatkan FaZe Kay. Hal ini lebih dari sekadar mempromosikan penipuan, tetapi juga dalam pembuatannya.
Pada akhirnya, FaZe Clan meluncurkan tinjauan internal yang diakhiri dengan beberapa penangguhan dan anggota FaZe termasuk FaZe Kay resmi dikeluarkan dari grup FaZe Clan.
3. Indikasi Penipuan oleh Adin Ross
Adin Ross adalah streamer Twitch yang cukup populer dengan jutaan pengikut di platform tersebut. Dia pun mendapatkan kritik selama setahun terakhir untuk aliran perjudiannya, di mana dia mempromosikan platform kasino online yang tidak jelas legalitasnya.
Ross sendiri secara tidak sengaja membocorkan pesannya di platform Twitch selama musim panas yang menunjukkan bahwa dia menghasilkan jutaan dari penawaran promosi ini.
Pada Mei 2021, Ross juga terjun ke dunia cryptocurrency dengan mempromosikan koin alternatif yang disebut token MILF. Ross dibayar ratusan ribu dolar untuk mengalirkan dirinya melalui proses pembelian kripto yang tergolong membosankan.
Namun, tiga minggu kemudian, Ross mengalami perubahan besar dalam pengiriman pesan terkait peluang investasi ini. "Ngomong-ngomong, token MILF itu hanya sekadar omong kosong belaka? Saya sudah bilang pada kalian jangan beli omong kosong itu," kata Ross sambil tertawa saat siaran langsung.
"Saya dibayar oleh salah satu pihak untuk melakukan hal itu, dan saya sebenarnya tidak mau mempromosikannya, kuharap tidak ada dari kalian yang benar-benar membelinya," ujarnya, menambahkan.
Alhasil, di saat penerbitan atau saat Ross mempromosikannya, token MILF telah kehilangan sekitar 98 persen nilainya.
4. Hoax Walmart dan Kroger yang Mengadopsi Kripto
Sebuah siaran pers palsu yang mengatasnamakan perusahaan ritel bergengsi di Amerika Serikat (AS), yakni Walmart sempat diberitakan oleh beberapa media pemberitaan bisnis internasional pada September lalu.
Dalam siaran pers tersebut, Walmart dikabarkan akan menerima kripto Litecoin ke dalam alat pembayarannya. Namun pada akhirnya, pihak dari Walmart pun angkat bicara bahwa siaran pers tersebut palsu dan Walmart tidak akan mengadopsi pembayaran kripto kedepannya.
Selang beberapa bulan setelah siaran pers palsu Walmart. Siaran pers palsu berikutnya juga terjadi dengan mengatasnamakan perusahaan ritel AS lainnya, yakni Kroger. Siaran pers tersebut memuat bahwa Kroger akan mengambil Bitcoin Cash sebagai pembayaran.
Namun lagi-lagi, Kroger membantah siaran pers tersebut dan pihaknya tidak pernah menggunakan Bitcoin Cash dalam alat pembayarannya.
Akan tetapi, penipu di balik dokumen palsu ini berhasil mendistribusikan berita palsu ini melalui perusahaan distribusi siaran pers besar, di mana mereka disebarluaskan dan diliput oleh outlet berita utama.
Dalam kedua kasus tersebut, harga Litecoin dan Bitcoin Cash sempat naik berkat publikasi media. Mirisnya harga Litecoin dan Bitcoin Cash langsung ambruk setelah Walmart dan Kroger membantah klaim tersebut.
5. Peretasan Poly Network
Pada musim panas tahun ini, seorang peretas (hacker) menemukan kelemahan di kripto dengan platform desentralized finance (DeFi), yakni Poly Network yang memungkinkan mereka mentransfer lebih dari US$600 juta atau sekitar Rp8,64 triliun ke akun mereka.
Namun, tangkapan sebesar itu kemungkinan besar akan sulit dihilangkan dengan bebas hukuman. Dalam pekan-pekan berikutnya, peretas menghubungi Poly Network dan mengklaim bahwa mereka selalu berniat mengembalikan uang itu.
Poly Network diisukan ikut bermain, bahkan menyebut peretas sebagai "Mr. White Hat," sebuah istilah yang menggambarkan peretas etis yang mencoba mengekspos adanya kelemahan di keamanan suatu sistem, sehingga dapat diperbaiki sebelum 'aktor jahat' datang.
Pada akhirnya, peretas mentransfer kembali sebagian besar dana cryptocurrency-nya kembali ke platform Poly Network.
Namun, peretas ditawarkan hadiah oleh Poly Network sebesar US$500.000 atau sekitar Rp7,2 triliun, karena peretas dapat mengembalikan dananya ke platform tersebut, sehingga mereka lolos dari segala kemungkinan akibat melakukan pencurian kripto yang dianggap terbesar dalam sejarah tersebut.
6. Africrypt scam
Dua bersaudara asal Afrika Selatan, yakni Raees dan Ameer Cajee menjalankan perusahaan investasi Bitcoin berbasis di Afrika Selatan yang bernama Africrypt. Namun, peran mereka kini seakan hilang, bersama dengan semua dana investor cryptocurrency mereka.
Pada April lalu, Cajees mengklaim bahwa perusahaan investasi mereka telah diretas dan semua akun klien mereka telah disusupi. Namun, cerita itu dengan cepat dibongkar oleh investor mereka.
Pengacara yang mewakili investor mengklaim bahwa sebanyak US$3,6 miliar atau Rp51,84 triliun telah dicuri oleh Cajee bersaudara. Jika itu benar, maka Africrypt akan menjadi pencurian kripto terbesar sejauh ini.
Namun, jumlah itu masih diperdebatkan. Hingga kini, investor Africrypt masih berusaha untuk mendapatkan kembali dana mereka dan hingga kini, Raees dan Ameer Cajee masih belum diketahui keberadaannya.
7. Pencurian NFT Bored Ape
Becerra merupakan salah satu pemilik dari tiga non-fungible token (NFT) Bored Ape Yacht Club. Investor membeli NFT ini untuk membuktikan kepemilikan barang yang terhubung dengan mereka.
Dalam kasus Becerra, kita berbicara tentang tiga karya seni komputer yang menggambarkan kera kartun. Menurut Becerra, para scammers melakukan aksinya untuk mengirimkan ketiga NFT ini berkedok memberikan dukungan teknis.
Harga dasar saat ini untuk NFT salah satu kera ini di pasar sekitar US$ 225.000 atau sekitar Rp3,2 miliar. Becerra mengklaim tiga NFT Ape Bored yang dimilikinya bernilai lebih dari US$1 juta atau kisaran Rp14 miliar.
Sepertinya, Becerra telah memperoleh kembali setidaknya beberapa NFT-nya, meskipun tampaknya dia harus membayar untuk mendapatkannya kembali.
Namun, ketika mereka pertama kali dicuri, Becerra mencoba menyebarkan berita dan memberi tahu orang lain untuk tidak membeli NFT curiannya.
Meskipun blockchain menunjukkan bahwa dia tidak lagi memilikinya, tetapi Becerra mengklaim bahwa catatan tak terbantahkan di blockchain ini tidak relevan dan bahwa dia benar-benar pemiliknya. Ia pun menentang dasar yang diklaim oleh para pendukung NFT yang memberikan nilai ini.