Jakarta, FORTUNE - Co-founder & Chief of Sustainability Evermos, Iqbal Muslimin, dalam Nikkei Forum 29th: Future of Asia di Tokyo pada 3 Juni 2024 mengungkapkan, terdapat 63 juta UMKM di Indonesia, tetapi masih sedikit yang berkembang.
"Hanya 1 persen dari angka tersebut yang mampu berkembang, dari sebelumnya pengusaha mikro, menjadi pengusaha skala kecil hingga medium," kata Iqbal.
Sulitnya UMKM berkembang bukan tanpa alasan. Ada sejumlah tantangan dan hambatan utama, di antaranya akses distribusi mengingat luasnya wilayah Indonesia yang berupa kepulauan. Agar produk mereka dapat diperoleh di mana saja untuk memperluas pasar, biayanya tidak murah.
"Sementara, hanya 1 dari 3 orang Indonesia yang menggunakan platform online. Di sinilah Evermos berusaha memberi solusi dengan menghadirkan alternatif saluran distribusi offline melalui peran reseller," katanya, menambahkan.
Menurutnya, solusi teknologi jadi bagian penting untuk kemajuan UMKM di tanah Air, kerenanya sebagai platform connected commerce Evermos menyediakan integrasi layanan penjualan online dan offline, sehingga memungkinkan pemilik brand mendistribusikan produk mereka secara omnichannel untuk dapat dibeli oleh konsumen di mana saja.
"Melalui teknologi, Evermos memberdayakan banyak perempuan, ibu rumah tangga, serta mereka yang tinggal di daerah dengan lapangan kerja yang minim, melalui pemberian akses peluang usaha sebagai reseller dari produk UMKM terkurasi yang bergabung di Evermos," ujarnya.
Menyasar kota tier 2 dan 3
Iqbal mengatakan, saat ini fokus Evermos menyasar pada jaringan reseller yang banyak tersebar di kota tier 2 dan 3 Indonesia. Inilah yang memungkinkan produk dari UMKM ini dapat didistribusikan secara luas di berbagai daerah Indonesia, termasuk daerah terpencil.
Melalui model bisnis ini, ia meyakini bisa memberikan manfaat nyata dari teknologi terhadap kemakmuran dan pemberdayaan. "Saat ini terdapat lebih dari 900.000 reseller bergabung dan 65.000 produk dari UMKM lokal yang tersedia di platform Evermos. Teknologi memungkinkan kami menjangkau pengguna yang lebih luas dan efisien, memberi mereka layanan personalisasi, serta mempercepat proses operasional," katanya.
Meskipun demikian, Iqbal menyadari layanannya bukan satu-satunya di wilayah Asia, tapi di tengah persaingan platform e-commerce Evermos tetap optimistis dan turut menyediakan lapangan pekerjaan ke banyak rumah tangga di perdesaan dan masyarakat yang belum memiliki kesempatan untuk mengasah keterampilan bisnis.
Ia mengibaratkan, di Indonesia sendiri, satu dari lima orang adalah wirausaha. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, hal ini juga umumnya didorong oleh keinginan untuk dapat menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang banyak terbentuk. Seperti pedagang kaki lima, internet marketer, hingga komunitas yang berorientasi ekspor. Kelompok ini menurutnya tak hanya mencari penghasilan tambahan, tapi bergabung dengan Evermos sebagai sarana bersosialisasi dan aktualisasi diri untuk dapat eksis di komunitasnya.
"Budaya lokal yang berorientasi sosial dengan menjadi bagian dari komunitas yang saling mendukung ini, sangat penting bagi keberhasilan pengusaha mikro. Dalam konteks ini, transaksi bisnis menjadi lebih dari sekadar perdagangan, namun sekaligus juga menumbuhkan hubungan emosional yang bermakna dalam komunitas," katanya.
Dalam Nikkei Forum 29th: Future of Asia, Evermos juga merilis "Sustainability Report 2023: Prosperity Beyond Borders", yaitu sebuah komitmen perusahaan dalam menyediakan laporan kegiatan bisnis dan kemajuan perusahaan dalam mengatasi isu-isu keberlanjutan. Salah satunya adalah mendokumentasi bagaimana langkah Evermos melalui model bisnisnya dalam mendukung kemandirian ekonomi perempuan, terutama yang tinggal di daerah minim lapangan pekerjaan, dengan menyediakan peluang pekerjaan, mendorong untuk menjadi pemilik usaha, serta memberi akses gratis terhadap pelatihan kewirausahaan.