Industri Chip Goyah, CEO Nvidia Berharap pada Trump

Siap mengikuti kebijakan Trump.

Industri Chip Goyah, CEO Nvidia Berharap pada Trump
CEO NVIDIA, Jenseng Huang/Dok. NVIDIA
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - CEO Nvidia, Jensen Huang, menegaskan komitmen perusahaannya untuk "sepenuhnya mematuhi" kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Donald Trump, jika mantan presiden tersebut kembali ke Gedung Putih. Hal ini disampaikan Huang di tengah ketidakpastian yang membayangi industri semikonduktor global.

“Itu adalah mandat tertinggi kami. Kami akan sepenuhnya mematuhi regulasi apa pun yang berlaku," ujarnya, melansir Fortune.com  (21/11).

Pernyataan ini muncul dalam panggilan pendapatan Nvidia yang sebagian besar didominasi diskusi tentang peluncuran platform Chip AI generasi baru, Blackwell, serta topik terkait margin perusahaan dan rantai pasokan. Namun, pengaruh kebijakan Trump menjadi salah satu isu sentral, mengingat seruan mantan presiden itu untuk menerapkan tarif global bisa berdampak signifikan pada Nvidia.

Tantangan dari kebijakan Trump

Retorika Trump yang keras terhadap China dan keraguan tentang komitmen AS dalam mempertahankan Taiwan telah menciptakan kekhawatiran di pasar. Taiwan, sebagai pusat produksi TSMC—pemasok utama Nvidia—berperan penting dalam rantai pasokan global. Ted Mortonson, ahli strategi sektor teknologi dari Baird, menyatakan bahwa “ketidakpastian terkait presiden terpilih kini menjadi beban bagi seluruh sektor teknologi.”

Tarif global yang diusulkan Trump diperkirakan dapat mempersulit bisnis Nvidia, yang 57% pendapatannya berasal dari luar negeri. Namun, Angelo Zino dari CFRA Research menilai pendekatan Trump yang lebih transaksional terhadap China bisa memberikan peluang, terutama dalam pasar chip AI yang saat ini tertinggal satu hingga dua generasi dibandingkan AS.

“Trump mungkin bersedia menawarkan chip AI yang lebih canggih ke negara lain, termasuk China, jika harganya tepat, sambil tetap mempertahankan keunggulan teknologi tertentu,” tulis Zino dalam catatannya.

Strategi Nvidia di pasar global

Sementara itu, Nvidia juga menghadapi dampak dari pembatasan ekspor yang diterapkan pemerintahan Biden. Penjualan ke China, yang sebelumnya menyumbang 25% pendapatan perusahaan, kini hanya menyumbang 12 persen pada kuartal terakhir.

Namun, permintaan terhadap “AI berdaulat,” yakni investasi negara-negara dalam infrastruktur GenAI mereka sendiri, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. CFO Nvidia, Colette Kress, mengungkapkan bahwa permintaan GPU di India telah meningkat hingga 10 kali lipat. CFRA memperkirakan bahwa AI berdaulat dapat menyumbang pendapatan hingga US$11-12 miliar tahun ini.

Di tengah ketidakpastian politik global, peran Nvidia sebagai aset strategis nasional AS semakin besar. “Ada kekhawatiran bahwa sekarang ini adalah perusahaan pertahanan nasional,” ujar Mortonson.

Meski tantangan tetap ada, Nvidia terus berupaya memenuhi permintaan yang melonjak sekaligus mematuhi kebijakan pemerintah, apa pun keputusan administrasi mendatang.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil