Berita Bohong Meningkat Jelang Pemilu 2024, Facebook Mendominasi

Peningkatan hoaks mencapai 10 kali lipat.

Berita Bohong Meningkat Jelang Pemilu 2024, Facebook Mendominasi
Menkominfo yang baru Budi Arie Setiadi (tengah) didampingi Wamen Kominfo Nezar Patria (kanan) dan Sekjen Kominfo Mira Tayyiba (kiri) memberikan keterangan pers di Kantor Kemenkominfo, Jakarta, Senin (17/7). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menjelang Pemilhan Umum serentak 2024, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengidentifikasi 101 isu hoaks atau berita bohong yang beredar mengenai Pemilu sejak Januari 2023 hingga 26 Oktober 2023.

"Sepanjang 2022 hanya terdapat 10 hoaks Pemilu, namun sepanjang Januari 2023 hingga 26 Oktober 2023 terdapat 91 isu hoaks Pemilu. Berarti terjadi peningkatan hampir 10 kali lipat isu hoaks dibandingkan tahun lalu," kata Menteri Komunikasi dan Informasi Budi Arie Setiadi dalam konferensi pers yang disiarkan virtual, Jumat (27/10).

Peningkatan signifikan dari bulan-bulan sebelumnya terjadi sejak Juli 2023.

Budi menegaskan Kementerian Kominfo bersiap merespons penyebaran hoaks terkait Pemilu yang belakangan meningkat penyebarannya. 

"Penyebaran hoaks dan disinformasi meski beragam, dapat ditemukan di beragam media sosial. Catatan kami menunjukkan penyebaran hoaks dan disinformasi terkait pemilu paling banyak ditemukan di platform Facebook yang Meta kelola. Saat ini kami telah mengajukan take down 454 konten kepada pihak Meta,” ujarnya.

Bahaya berita bohong

Dia menyatakan peningkatan dalam peredaran berita bohong itu harus menjadi perhatian bersama. Pasalnya, keberadaan hoaks mengenai Pemilu tidak hanya menurunkan kualitas demokrasi, tapi berpotensi memecah belah bangsa.

"Sebagai salah satu bentuk information disorder, Pemilu yang seharusnya menjadi pesta demokrasi dapat terkikis integritasnya serta menimbulkan distrust (ketidakpercayaan) antarwarga," ujarnya.

Budi juga menyinggung beberapa contoh hoaks terkait Pemilu yang beredar pada platform digital. Misalnya, disinformasi Prabowo Subianto gagal mencalonkan diri sebagai Presiden setelah MK mengabulkan batas usia; disinformasi Komisi Pemilihan Umum menolak pendaftaran Ganjar Pranowo menjadi capres karena ingin menjegal Anies Baswedan. 

"Tidak hanya menyasar para bacapres dan bacawapres, isu hoaks dan disinformasi yang kami temukan turut menyasar reputasi KPU dan penyelenggaraan Pemilu untuk menimbulkan distrust terhadap Pemilu kita," katanya. 

Manfaatkan AI untuk adu domba

Sebelumnya, Budi Arie juga mengantisipasi adu domba dengan menggunakan video kecerdasan buatan hasil arficial intelegent (AI) di momen Pemilu 2024.

Penggunaan AI dalam masa kampanye Pemilu 2024 memang menjadi kekhawatiran berbagai pihak. Pasalnya, teknologi ini diprediksi dapat menyebabkan disinformasi.

"Kami sedang mengkaji etik untuk AI karena ini penting," ujar dia.

Budi mengatakan AI memiliki potensi kebermanfaatan yang sangat besar. Namun, teknologi ini juga memiliki potensi merusak yang sama besarnya.

 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil