Jakarta, FORTUNE - Fitur App Tracking Transparency (ATT) yang dikembangkan Apple pada iOS 14 membuat para raksasa iklan kehilangan pendapatan hingga US$142 miliar atau setara Rp2 kuadriliun. Sebab, aplikasi yang memungkinkan pengguna mengotorisasi data pribadinya itu membuat pengiklan sulit mengidentifikasi calon konsumen dan mengurangi kemampuan untuk menayangkan iklan secara akurat dan efektif hingga menargetkan audiens yang relevan.
Snap, perusahaan induk aplikasi Snapchat, misalnya, kehilangan kapitalisasi pasar hingga US$32 miliar hanya dalam sehari setelah mereka melaporkan pendapatan iklan kuartal III 2021 sebesar US$1,07 miliar. Pendapatan yang lebih rendah dari proyeksi US$1,1 miliar itu membuat saham perusahaan anjlok hampir 27 persen menjadi $55 pada Kamis (21/10) pekan lalu.
CEO Snap Evan Spiegel memberikan pernyataan yang terkesan menyalahkan Apple ketika ditanya terkait kondisi tidak mengenakan tersebut. "Meskipun kami mengantisipasi beberapa tingkat gangguan bisnis, solusi pengukuran baru Apple tidak berkembang sebaik yang kami antisipasi, sehingga menyulitkan mitra periklanan kami untuk mengukur dan mengelola iOS dalam kampanye iklan mereka.”
Padahal, awal Februari silam, Spiegel mengatakan perusahaannya dengan kebijakan Apple yang memungkinkan pengguna memilih berhenti dilacak oleh aplikasi pihak ketiga untuk tujuan iklan online. Ia bahkan menambahkan bahwa yang dilakukan Apple "sejalan dengan filosofi privasi kami" dan "hal yang baik secara keseluruhan bagi konsumen, bahkan jika itu sedikit mengganggu pengiklan dalam waktu dekat."
Untungkan Apple
Kendati demikian, kebijakan ATT yang diterapkan kepada pengguna iPhone itu memberi Apple keunggulan. Branch.io, sebuah perusahaan teknologi iklan, mengatakan bahwa 58 persen dari semua unduhan aplikasi iPhone yang dihasilkan dari mengklik iklan berasal dari iklan Apple sendiri. Jumlah itu naik 17 persen dibandingkan tahun lalu.
Evercore ISI, perusahaan konsultan bank dan investasi, memproyeksikan binsis iklan Apple yang baru lahir akan menghasilkan pendapatan US$5 miliar tahun ini—dan menggelembung menjadi unit $20 miliar dalam tiga tahun.
"Jaringan iklan Apple tidak tunduk pada batasan data yang sama seperti yang lain dalam rilis iOS terbaru, jadi tentu saja pengiklan akan melihat hasil pemasaran yang unggul saat berbelanja di sana. Hasil yang terlihat lebih baik akan membawa lebih banyak pembelanjaan," kata Alex Austin, salah satu pendiri dan CEO Branch.io, seperti dikutip Fortune.com.
"Idealnya, jaringan iklan mereka akan dilaporkan dengan cara yang sama seperti jaringan lain," tambahnya.
Bagaimana pun, Apple menyatakan bahwa kebijakan data pribadi dalam pelacakan iklan yang mereka lakukan adalah demi kepentingan perlindungan pengguna serta privasi mereka.
"Data pengguna adalah milik mereka dan mereka harus memutuskan apakah akan membagikan data mereka dan dengan siapa," kata juru bicara Apple kepada Fortune.com. Pembaruan kebijakan iklan memberi "pengguna pilihan apakah mereka ingin mengizinkan aplikasi melacak mereka atau tidak."