Jakarta, FORTUNE – Bagi Anda yang sedang mencari apa itu ChatGPT, artikel ini akan membahas selengkapnya mengenai topik tersebut.
Seperti yang diketahui, ChatGPT mendadak menjadi pembicaraan di jagat media sosial. Platform percakapan berbasis kecerdasan buatan (AI) itu telah memancing kekaguman banyak warganet karena kemampuannya menjawab pertanyaan secara otomatis, cepat, dan mendetail.
Chatbot GPT adalah aplikasi perangkat lunak yang dirancang untuk meniru percakapan mirip manusia berdasarkan permintaan pengguna.
Teknologi kecerdasan buatan di dalamnya sanggup memahami bahasa alami manusia, serta menghasilkan teks tulisan yang mirip dengan buatan manusia.
Platform tersebut baru dirilis pada akhir bulan lalu. Namun, hanya dalam waktu kurang lebih satu minggu, jumlah pengguna ChatGPT telah mencapai lebih dari 1 juta.
Menurut Reuters, aplikasi tersebut dikembangkan oleh firma penelitian dan pengembangan OpenAI yang berbasis di San Fransisco, Amerika Serikat (AS). OpenAI sendiri didirikan oleh sejumlah investor, termasuk Sam Altman, Peter Thiel, dan Elon Musk pada 2015.
Namun, Elon telah mengundurkan diri dari jabatan sebagai Dewan OpenAI pada 2018.
Apa itu ChatGPT dan cara kerjanya
Dalam keterangannya, OpenAI menyatakan model ChatGPT dilatih menggunakan teknik pembelajaran mesin yang disebut Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF).
Teknologi AI yang disematkan ke dalam platform ini berfokus untuk memudahkan pengguna.
“Format dialog memungkinkan ChatGPT untuk menjawab pertanyaan lanjutan, mengakui kesalahannya, menantang premis yang salah, dan menolak permintaan yang tidak pantas,” kata badan penelitian tersebut dalam sebuah pernyataan minggu lalu,” seperti dilansir dari laman The Guardian.
Sejumlah pengguna yang telah mengakses platform ini menyatakan ChatGPT merupakan alternatif dari mesin pencarian Google. Platform tersebut bahkan mampu memberikan deskripsi, jawaban, dan solusi untuk pertanyaan yang kompleks.
ChatGPT dapat membantu pengguna untuk membuat konten untuk situs web, menjawab pertanyaan pelanggan, memberikan rekomendasi, serta membuat chatbot otomatis.
Seakan belum cukup, aplikasi tersebut memungkinkan penulisan baris kode, esai pendek, dan bahkan karya musik, demikian Fortune.com.
“Segera Anda akan dapat memiliki asisten yang membantu yang berbicara dengan Anda, menjawab pertanyaan, dan memberikan saran. Nanti Anda dapat memiliki sesuatu yang berbunyi dan melakukan tugas untuk Anda. Akhirnya Anda dapat memiliki sesuatu yang menemukan pengetahuan baru untuk Anda,” kata CEO OpenAI, Sam Altman.
Cara daftar ChatGPT
Jika Anda tertarik untuk menggunakan layanan ini, Anda harus registrasi akun terlebih dahulu. Berikut cara daftar ChatGPT dari awal membuat akun, simak selengkapnya:
- Buka browser pada perangkat Anda.
- Kunjungi situs chat.openai.com.
- Jika Anda belum memiliki akun, Anda bisa melakukan registrasi terlebih dahulu. Pilih menu Sign Up.
- Kemudian, klik Create an OpenAI Account.
- Anda bisa mendaftar melalui email, akun Google, maupun akun Microsoft.
- Pilih menu For Personal Use.
- Setelah akun berhasil dibuat, Anda bisa login dengan menggunakan akun tersebut.
- Kini Anda bisa masuk dan menggunakan platform ChatGPT.
Cara menggunakan ChatGPT
Terdapat layanan chatbox yang terdapat di situs ChatGPT yang bisa Anda gunakan secara bebas. Ada juga kolom di bagian bawah halaman utama yang bisa Anda isi pertanyaan.
Meski chatbox menggunakan default bahasa Inggris, Anda juga bisa menulis pertanyaan dengan bahasa Indonesia. Jawaban yang akan diberikan akan disesuaikan dengan tata bahasa yang mudah dimengerti oleh pengguna.
Anda bisa mengajukan sejumlah pertanyaan dari berbagai segi, seperti permasalahan asmara, kesehatan, teori ilmiah, hingga kehidupan sehari-hari. Jawaban tersebut juga akan muncul dengan cepat sepersekian detik.
Risiko ChatGPT
OpenAI mengakui bahwa ChatGPT dapat memberikan jawaban yang sepenuhnya salah, dan bahkan menyajikan informasi yang salah sebagai fakta. Mereka menyatakan masalah ini juga masih sulit diperbaiki.
Di sisi lain, ada spekulasi bahwa ChatbotGPT akan mengakibatkan pekerjaan yang berhubungan dengan produksi konten, mulai dari penulis, wartawan, akademisi, sampai programmer, menjadi tidak relevan.
Itu dapat terjadi karena kemampuan aplikasi tersebut untuk menghasilkan teks tertulis yang mirip seperti hasil tulisan (dan pikiran) manusia.
Namun, setidaknya sampai saat ini, chatbot tersebut memiliki keterbatasan karena tidak memiliki pemahaman akan konteks, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan membuat keputusan berdasarkan etika.
Di sisi lain, teknologi AI secara keseluruhan berisiko melanggengkan bias masyarakat seperti ras, gender, dan budaya. Raksasa teknologi seperti Alphabet Inc. induk dari Google dan Amazon.com (AMZN.O), sebelumnya telah mengakui beberapa proyeknya yang bereksperimen dengan AI "tidak pasti secara etis" dan memiliki keterbatasan.
Di beberapa perusahaan, manusia harus turun tangan dan memperbaiki malapetaka AI.
Terlepas dari kekhawatiran ini, penelitian AI tetap menarik. Investasi modal ventura dalam pengembangan AI dan perusahaan operasi meningkat tahun lalu menjadi hampir US$13 miliar, menurut data dari PitchBook, sebuah perusahaan pelacakan keuangan Seattle.