Jakarta, FORTUNE – Penetrasi Internet Indonesia terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pada 2022, pengguna internet dalam negeri pun meningkat seiring perubahan kebiasaan masyarakat dalam beraktivitas.
Dalam laporan bertajuk Profil Internet Indonesia 2022, Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII), menyatakan jumlah penduduk Indonesia yang telah terkoneksi dengan internet pada kurun 2021-2022 mencapai 210 juta orang.
Sebelum pandemi, jumlah pengguna internet di Indonesia hanya mencapai 175 juta orang. Dengan kata lain, selama wabah merebak jumlah masyarakat yang mengakses internet diperkirakan bertambah 35 juta orang.
Laporan AAJI menunjukkan tingkat penetrasi internet pada periode sama mencapai 77,02 persen. Sebagai perbandingan, pada 2018 tingkat penetrasi internet masih 64,80 persen, dan pada 2019-2020 sekitar 73,70 persen.
Laporan yang dirilis pada Juni 2022 memaparkan pula hasil survei mengenai perilaku internet masyarakat. Jajak pendapat ini melibatkan 7.568 responden di pelbagai wilayah Indonesia pada 11 Januari sampai 24 Februari 2022.
Responden pun ditanya alasan menggunakan internet. Berikut daftar sejumlah alasan masyarakat, sebagaimana dilansir dari laporan APJII
- Untuk dapat mengakses sosial media (98,02 persen)
- Untuk dapat mengakses layanan publik (84,90 persen)
- Untuk dapat melakukan transaksi online (79,00 persen)
- Untuk dapat melakukan bekerja atau bersekolah dari rumah (90,21 persen)
- Untuk dapat mengakses berita/informasi (92,21 persen)
- Untuk dapat mengakses konten hiburan (77,25 persen)
- Untuk dapat mengakses layanan keuangan (72,32 persen)
- Untuk dapat mengakses transportasi online (76,47 persen)
- Untuk dapat menggunakan email (80,74 persen)
Menurut survei sama, 89,03 persen responden mengaku mengakses internet menggunakan ponsel pintar atau tablet. Sedangkan, hanya 0,73 persen masyarakat yang membuka internet melalui komputer atau laptop. Adapun 10,24 persen mengaku menggunakan ponsel pintar atau tablet maupun komputer atau laptop.
Dari sisi metode koneksi internet, sekitar 77,64 persen menggunakan mobile data dari operator seluler. Sisanya, 20,61 persen menggunakan Wi-FI yang terpasang di rumah.
Didorong pandemi
Ketua Umum APJI, Muhammad Arif Angga, sempat mengatakan kenaikan pengguna internet didorong oleh kebutuhan komunukasi selama pandemi virus corona dalam dua tahun terakhir.
“Efek pandemi sangat signifikan terhadap penggunaan internet di Indonesia,” kata Arif dalam sebuah webinar, Kamis (9/6), seperti dilansir dari Antara.
Sejak krisis kesehatan akibat virus corona, menurut Arif, masyarakat Indonesia harus menggunakan internet untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti menggunakan aplikasi konferensi video untuk bekerja maupun sekolah, dan berbelanja di lokapasar.
“Didukung juga oleh infrastruktur digital yang ada,” ujarnya.
Peningkatan pengguna internet tampak dari jumlah penyelenggara jasa internet. Dia mengutip data yang menunjukkan anggota APJII total saat ini mencapai 750 perusahaan.
Menurut APJI, jumlah penyelenggara jasa internet bertambah sekitar 200 perusahaan selama dua tahun pandemi. Bahkan, jumlah anggota ini berpotensi naik menjadi 1.000 perusahaan dalam tiga tahun mendatang jika kebutuhan internet senantiasa meningkat.
Asosiasi berharap ketersediaan internet di seluruh Indonesia semakin merata. Sebab, perkembangan teknologi digital akan berdampak positif terhadap sektor industri digital dan ekonomi digital secara keseluruhan.
Perekonomian digital Indonesia
Riset terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company meramalkan perekonomian digital Indonesia tahun ini akan tumbuh, dan bakal terus melaju dalam beberapa tahun mendatang.
Dalam laporan bertajuk “e-Conomy Sea 2022: Through the waves, toward a sea of opportunity”, nilai perekonomian digital Indonesia yang diukur dalam volume barang dagangan kotor (GMV) ditaksir tumbuh 22 persen menjadi US$77 miliar atau lebih dari Rp1.196 triliun. GMV perekonomian digital Indonesia pada 2025 bahkan diprediksi akan mencapai US$130 miliar atau lebih dari Rp2.020 triliun.
Laporan itu menegaskan e-commerce merupakan pendorong utama perekonomian digital Indonesia.
Nilai transaksi perdagangan elektronik Indonesia tahun ini ditaksir mencapai US$59 miliar atau lebih dari Rp916 triliun. Sementara, GMV layanan transportasi dan makanan daring pada periode sama diprediksi mencapai US$8 miliar, media online sekitar US$6,4 miliar, dan layanan perjalanan daring US$3 miliar.
Nilai perekonomian digital domestik tergolong sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Thailand, misalnya, dikenai GMV ekonomi pada nilai taksiran US$35 miliar pada 2022, lalu Vietnam US$23 miliar, Malaysia US$21 miliar, Filipina US$20 miliar, dan Singapura US$18 miliar.
Secara keseluruhan, GMV ekonomi digital Asia Tenggara mencapai US$200 miliar tahun ini, dan dalam tiga tahun terakhir terdapat penambahan 100 juta pengguna internet baru di kawasan.