Binance Terancam Gagal Akuisisi Platform Kripto Ini, Berikut Alasannya

Regulator sedang menyelidiki ihwal risiko keamanan nasional.

Binance Terancam Gagal Akuisisi Platform Kripto Ini, Berikut Alasannya
Ilustrasi Binance. Shutterstock/askarim
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Niat bursa aset kripto terbesar di dunia, Binance, untuk mengakuisisi perusahaan pemberi pinjaman, Voyager Digital, tampaknya takkan berjalan mulus. Pasalnya, otoritas setempat mengaku tengah menyelediki proses aksi korporasi tersebut.

Dalam penyelidikannya, Komite Penanaman Modal Asing Amerika Serikat (CFIUS) baru-baru ini menyatakan bahwa pertimbangannya “dapat memengaruhi kemampuan para pihak untuk menyelesaikan transaksi, waktu penyelesaian, atau persyaratan yang relevan".

Reuters melansir, Rabu (2/1), akuisisi tersebut dapat ditunda atau bahkan diblokir oleh otoritas dengan alasan “keamanan nasional AS”.

Sebelumnya, Binance.US, entitas afiliasi Binance, resmi terpilih sebagai perusahaan penawar tertinggi dan terbaik dalam pengajuan akuisisi terhadap Voyager Digital, perusahaan pemberi pinjaman aset kripto yang tengah berada di ambang kebangkrutan.

Dalam keterangannya, Voyager Digital menyatakan Binance.US telah sepakat untuk membeli asetnya senilai US$1 miliar. Tawaran ini mewakili nilai pasar wajar dari portofolio aset kripto Voyager Digital, yang memiliki nilai pasar US$1 miliar, dan pertimbangan US$20 juta sebagai nilai tambahan.

Investasi asing

Shutterstock/MarbellaStudio

Menurut Reuters, CFIUS semakin sering digunakan oleh pemerintah AS sebagai alat untuk menghalangi investasi Cina di negaranya.

Dalam kasus yang tengah dibahas ini, lembaga yang bertugas mengurusi investasi asing itu tidak menyebutkan secara terperinci risiko keamanan secara khusus yang dapat terjadi jika Voyager Digital diambil alih oleh Binance.

Binance merupakan bursa aset kripto yang dikembangkan oleh Changpeng Zhao, pria kelahiran Cina yang berdomisili di Singapura. Binance tidak memiliki kantor pusat permanen. Dikutip dari coindesk, mereka menyatakan diri sebagai “perusahaan internasional”.

Namun demikian, bursa aset kripto tersebut sebelumnya telah menjadi subjek penyelidikan pencucian uang oleh jaksa AS.

Sementara, Binance.US, yang berbasis di Palo Alto, California, mengatakan platformnya terpisah dan sepenuhnya mandiri dari platform utama Binance.

Menurut cointelegraph, Voyager Digital sempat menghentikan penarikan dana nasabah pada Juli. Perusahaan pemberi pinjaman aset kripto itu mengajukan kebangkrutan karena likuiditasnya terganjal. Voyager terdampak masalah default pinjaman bernilai US$650 juta dari Three Arrrows Capital, perusahaan dana lindung nilai.

“Target saat ini sembari menunggu persetujuan pengadilan adalah memberikan akses kepada pengguna (Voyager Digital) kepada aset mereka,” kata Brian Shroder, CEO Binance.US, seperti dilansir The Straits Times.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024