Jakarta, FORTUNE –ChatGPT kembali memberikan bukti dapat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya secara efisien. Sebuah laporan dari Vice baru-baru ini mengungkap tren pekerja jarak jauh yang memanfaatkan ChatGPT untuk menyelesaikan beberapa pekerjaaan secara sekaligus.
Dikutip dari Fortune.com, Senin (17/4), publikasi tersebut mengaku telah berbicara kepada sejumlah pekerja jarak jauh yang memegang dua hingga empat pekerjaan secara sekaligus. Untuk menuntaskan semua pekerjaannya, mereka menggunakan bantuan dari alat kecerdasan buatan milik ChatGPT.
Bagi pekerja jarak jauh, ChatGPT memungkinkan mereka yang berambisi untuk bekerja di beberapa posisi sekaligus untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya, dan bahkan bisa mendapatkan sisa waktu. Itu pun jika mereka rela untuk terkena burnout maupun ketahuan dari perusahaan tempatnya bekerja.
Kepada Vice, salah satu pekerja tersebut mengaku telah menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan dua pekerjaan. Dia bahkan berencana untuk mencari pekerjaan ketiga demi meningkatkan pendapatannya dari US$500.000 menjadi US$800.000. Pekerja ini menganggap dirinya bagian dari gerakan mandiri finansial dan pensiun sebelum berusia 30.
Seorang pekerja teknologi yang berbasis di Ohio, menurut laporan sama, meningkatkan pekerjaannya dari dua menjadi empat setelah mulai memanfaatkan ChatGPT.
Manfaat AI
Di Amerika Serikat, tampaknya lazim bagi warganya untuk mengambil beberapa pekerjaan sekaligus. Sebuah survei dari Monster, situs pencarian kerja, menyebutkan 37 persen responden mengaku memiliki lebih dari satu pekerjaan penuh waktu.
Pada masa Covid-19, mengambil beberapa pekerjaan menjadi lebih mudah seiring berlakunya tren bekerja jarak jauh, demikian Fortune.com.
Bulan lalu, Ethan Mollick, seorang profesor manajemen di Wharton School of the University of Pennsylvania, memutuskan untuk menguji kemampuan AI dalam membantu pekerjaan manusia. Dia memberi ChatGPT, GPT-4, MidJourney, dan aplikasi generative AI lainnya untuk mengerjakan proyek bisnis dalam waktu cuma 30 menit.
Hasilnya, kata dia, luar biasa. AI tersebut mampu bertindak seperti “manusia super”. Dan, dia menyatakan, jika proyek tersebut dikerjakan secara tim, mungkin membutuhkan waktu beberapa hari kerja.
Lagi pula, para manajer pekerja jarak jauh, seringkali, tidak memantau aktivitas bawahannya, dan hanya peduli tugas yang diberikannya selesai tepat waktu. "Anda berkata kepada seseorang, 'Lihat, Anda harus menyelesaikan ini pada Jumat depan pada siang hari.' Anda tidak terlalu peduli kapan mereka melakukannya... asalkan selesai," kata bintang Shark Tank Kevin O'Leary bulan lalu.
Peran manajerial
Dampak dari inovasi teknologi chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT hingga kini masih jadi perbincangan hangat. Teknologi tersebut sejauh ini dipercaya dapat memudahkan manusia menyelesaikan pekerjaannya.
Namun, dalam dunia kerja, terdapat posisi yang takkan tergantikan oleh ChatGPT. Salah satunya, jabatan yang mengandalkan peran manajerial. Sebab, bagi seorang manajer di perusahaan, empati dan kepemimpinan merupakan aspek penting, demikian dikutip dari Fortune.com, Rabu (8/3).
Profesor komunikasi Universitas Maryville, Dustin York, menyatakan 100 persen bahwa ChatGPT tidak dapat berempati kepada manusia. Padahal, empati adalah salah satu sifat kepemimpinan yang paling penting bagi manajer. Sebab, manajer dengan sifat tersebut dapat dengan mudah membangun kepercayaan dan koneksi di antara anggota tim.
Peran manajer unik karena membutuhkan serentetan soft skill, seperti kolaborasi, komunikasi, dan pembangunan tim. Hal tersebut sungguh sulit, jika bukan tidak mungkin, dilakukan oleh AI.
“ChatGPT dapat mengambil kumpulan data besar dan memberikan jawaban yang terdengar percaya diri untuk banyak hal berbeda,” kata Dustin. “Apa pun yang Anda tanyakan akan dia jawab. Tapi apakah dia punya perasaan? Bisakah dia merasakan empati? Tidak dalam waktu dekat."