Jakarta, FORTUNE – Perusahaan konglomerat media dan hiburan The Walt Disney Company (Disney) kembali bertekad merambah metaverse.
Bob Chapek, Chief Executive Officer (CEO) Disney, mengatakan metaverse merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk bisnis masa depan. Meski begitu, belum ada konsep jelas yang ditawarkan.
“Anda dapat menyebutnya apa saja. Entah itu metaverse, atau perpaduan antara pengalaman fisik dan digital,” ujarnya dikutip The Verge, Jumat (11/2).
Bagi Bob, metaverse akan menghadirkan berbagai pengalaman bagi penggunanya, baik pasif maupun aktif, saat pengguna memutar tayangan seperti olahraga atau hiburan.
Metaverse Disney: perpaduan fisik dan digital
Kepada Fortune.com, Bob mengatakan metaverse bukanlah ide konvensional tentang dunia yang menyajikan citra tiga dimensi via headset realitas virtual (VR).
Bob justru bercita-cita menggabungkan semua elemen Disney dengan cara yang menurutnya tidak dapat ditandingi oleh para pesaingnya saat ini, yaitu menceritakan kisah tertentu di setiap media komunikasi, termasuk secara langsung di taman hiburan Disney dan di bioskop.
Ia yakin konsep metaverse Disney—yang memadukan dunia fisik dan digital yang dapat dipersonalisasi—memiliki keunggulan, terlebih soal basis data pengguna. Disney, katanya, telah banyak mengumpulkan data yang dalam dan kaya termasuk dari taman hiburan Disney dan platform Disney+.
Persiapan hak paten
Menurut laman cointelegraph, Disney telah mendapatkan persetujuan hak paten simulator dunia maya dari Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat (AS) pada Desember tahun lalu.
Raksasa media itu akan menciptakan wahana interaktif yang dipersonalisasi untuk pengunjung taman hiburannya. Teknologi ini akan memfasilitasi wahana augmented reality (AR) tanpa headset di taman hiburan Disney.
Teknologi tersebut bekerja dengan cara melacak pengunjung lewat ponsel mereka, dan menghasilkan serta memproyeksikan efek 3D yang dipersonalisasi ke ruang fisik, dinding, dan objek terdekat di taman. Teknologi tersebut akan membawa metaverse ke dunia fisik.
Disney memiliki 12 taman hiburan di berbagai negara, seperti AS, Prancis, Hong Kong, Jepang, dan Cina. Pada 2021, Disney menghasilkan total pendapatan hampir US$17 miliar (Rp243,1 triliun) dari taman hiburan termasuk berbagai produknya meskipun ada karantina akibat COVID-19.
Perusahaan yang terjun ke metaverse
Beberapa perusahaan AS lain juga sudah menyampaikan niatnya untuk ke metaverse. Microsoft, yang mengakuisisi Activion Blizzard, pembuat gim Call of Duty dan Warcraft, akan menjadi kunci penting dalam mengembangkan metaverse. Lalu, ada Walmart, raksasa ritel yang juga telah mengajukan sejumlah merek dagang baru ke Kantor Paten dan Merek Dagang AS.
Laporan IPR Daily menyebut enam perusahaan utama Tiongkok—termasuk Tencent, Baidu, Huawei, dan Sense Time—menjadi 10 besar perusahaan yang paling banyak mengajukan proposal hak paten virtual reality dan augmented reality (AR) di dunia.
Tencent mengajukan 4.085 hak paten VR dan AR pada 2020 dan 2021, dan menempatkannya sebagai yang terbanyak kedua secara global, hanya sedikit di belakang Samsung Electronics yang mengajukan 4.094. Tencent mengoperasikan WeChat, aplikasi pesan instan yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna bulanan, dan perusahaan gim terbesar di dunia berdasarkan pendapatan.
Berikut sejumlah perusahaan yang sudah menyatakan rencananya untuk membangun Metaverse.
- Disney
- Tencent
- Baidu
- Huawei
- Sense Time
- Microsoft
- Roblox
- Walmart
- Nvidia
- Unity
- Snap
- Autodesk
- Epic Games
- Amazon
- Nike
- Samsung Electronics