Jakarta, FORTUNE – Elon Musk tak henti-hentinya membawa kabar mengenai obsesinya terhadap teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Meski belum lama ini menyerukan penyetopan eksperimen teknologi tersebut karena risiko di dalamnya, CEO Tesla dan Twitter itu justru dikabarkan tengah merintis perusahaan teknologi khusus AI.
Financial Times melansir, Senin (17/4), startup kecerdasan baru tersebut nantinya akan bersaing langsung dengan OpenAI, pengembang ChatGPT.
Bulan lalu Elon dilaporkan mendirikan perusahaan bernama X.AI, menurut catatan bisnis Nevada dan menjadi satu-satunya direktur perusahaan. Sementara, posisi sekretaris perusahaan diiisi oleh Jared Birchall, mantan bankir Morgan Stanley yang mengelola kekayaan Elon.
Melalui keterbukaan informasi, Elon pun mengubah nama Twitter menjadi X Corp, yang diperkirakan sebagai bagian dari rencananya untuk membuat "aplikasi serba ada" di bawah brand "X".
Kini, Kepala Eksekutif Tesla dan Twitter itu dikabarkan sedang menyusun tim peneliti dan insinyur kecerdasan buatan. Pada saat bersamaan, Elon tengah berdiskusi dengan sejumlah investor di SpaceX dan Tesla ihwal penyuntikan modal ke dalam usaha barunya.
Ambisi Elon
Untuk membuat proyek baru AI ini, Elon telah mengamankan ribuan prosesor GPU bertenaga tinggi, demikian kabar dari Financial Times. GPU adalah chip kelas atas yang diperlukan untuk membangun model bahasa besar berbasis AI. Nantinya, teknologi tersebut yang mampu memahami konten dalam jumlah besar dan menghasilkan tulisan seperti manusia, serupa dengan teknologi yang mendukung ChatGPT.
Selain itu, Elon merekrut insinyur dari laboratorium AI top termasuk Ihor Babuschkin, mantan karyawan DeepMind. Langkah ini dikatakan sebagai respons seriusnya dalam menanggapi perkembangan pesat dari OpenAI.
Di sisi lain, Elon sendiri sangat kritis terhadap AI, dan vokal dalam menyampaikan kekhawatirannya mengenai dampak teknologi tersebut terhadap ancaman eksistensial.
Dia juga secara terbuka mengkritik OpenAI karena dalam pandangannya perusahaan itu menjadi kurang transparan dan terlalu berpikiran komersial dalam mengejar perkembangan AI. Elon sangat prihatin dengan GPT-4, model AI baru OpenAI, yang berisiko menciptakan kebohongan dan menunjukkan bias politik.
Padahal, Elon pernah menjadi pimpinan OpenAI. Namun, pada 2018, dia meninggalkan perusahaan AI tersebut karena ingin berfokus pada Tesla, yang juga banyak berinvestasi pada AI.
Menurut Financial Times, perusahaan AI baru Elon bisa jadi terpisah dari perusahaannya yang lain. Meski demikian, perusahaan rintisan anyar itu dapat menggunakan konten Twitter sebagai data untuk melatih model bahasanya dan memanfaatkan Tesla sebagai sumber daya komputasi.