Jakarta, FORTUNE – Tencent menjadi perusahaan terbaru yang mundur dari ambisi untuk membangun metaverse menyusul rencananya untuk membubarkan divisi yang fokus kegiatannya adalah mengurusi metaverse.
Menurut laman Bitcoin.com, Senin (20/2), Tencent, yang dikenal secara luas dengan bisnis perangkat lunaknya, baru saja mengumumkan pembatalan rencana untuk merilis perangkat keras pendukung metaverse di pasar.
Perusahaan tersebut juga membubarkan divisi extended reality (XR) yang didekasikan untuk pengembangan metaverse. Akibatnya, lebih dari 300 karyawannya terancam kehilangan pekerjaan karena PHK massal.
Padahal, Tencent baru membangun divisi XR pada Juni tahun lalu.
Kepada Reuters, Tencent mengonfirmasi bahwa perusahaan sedang melakukan penyesuaian terhadap beberapa tim bisnis. Namun, perusahaan itu menolak berkomentar terkait kabar pembubaran departemen XR.
Ambisi metaverse
Tencent membatalkan rencana membuat perangkat keras VR karena harus menghemat biaya menyusul prospek ekonomi di Cina, demikian Reuters.
Sebelumnya, Tencent telah memperkenalkan konsep pengontrol permainan genggam berupa cincin (ring-like hand-held game). Namun, lantaran investasi yang besar dan prospek keuntungan yang sulit dalam jangka pendek, perusahan beralih dari strategi tersebut.
Menurut perkiraan internal, proyek XR diperkirakan tidak akan menguntungkan hingga 2027.
Pada awal tahun ini Tencent juga berencana mengakuisisi pembuat ponsel gaming Black Shark. Produsen smartphone itu diyakini memiliki pengalaman rantai pasokan dan inventaris yang dapat meningkatkan perangkat keras perusahaan.
Namun, Tencent akhirnya membatalkan kesepakatan tersebut karena adanya perubahan strategi serta pengawasan peraturan yang meningkat dari pemerintah Cina.
Di sisi lain, 2022 merupakan tahun yang berat bagi Tencent setelah pendapatannya melorot akibat tindakan pengetatan peraturan oleh regulator, serta kebijakan karantina wilayah demi menghentikan penyebaran COVID-19.
Mundur dari metaverse
Selain Tencent, Bytedance dilaporkan berencana untuk memangkas pekerja di Pico, anak perusahaannya yang bergerak di bidang headset untuk metaverse.
Dilansir dari Reuters, Pico mengatakan telah memberhentikan sejumlah pekerjanya. Produsen headset VR itu dilaporkan memecat 200 karyawannya.
Padahal, perusahaan tersebut baru saja merilis seri terbaru headset VR. Pico berharap dapat memperluas pangsa pasarnya terutama di Asia.
Menurut sebuah laporan, Pico menguasai 15 persen pasar headset VR. Angka tersebut masih lebih rendah ketimbang 85 persen pangsa pasar headset VR yang diproduksi Meta.
Henry Zhou, pendiri dan CEO Pico, sempat menyatakan perusahaan berharap bisa menjual lebih dari 1 juta unit headset.
Sementara, Microsoft seperti tidak lagi punya ambisi untuk mengembangkan metaverse demi berfokus pada inisiatif lain dengan membubarkan Industrial Metaverse Core, divisi yang bertanggung jawab mendorong penggunaan metaverse ke industri, demikian warta Bitcoin.com, Senin (13/2).
Penutupan departemen tersebut membuat 100 pegawainya harus kehilangan pekerjaan, meski secara umum ternyata pemangkasan pekerja merupakan bagian dari kebijakan Microsoft memecat 10.000 karyawan pada bulan lalu.
Padahal, divisi metaverse itu baru terbentuk pada Oktober tahun lalu. Keberadaan departemen itu ditujukan untuk membangun antarmuka perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjalankan proyek terkait metaverse, serta bekerja sama dengan klien pada berbagai sektor seperti perawatan kesehatan, layanan keuangan, ritel, dan energi.