Jakarta, FORTUNE – Pasar ponsel pintar domestik membukukan penurunan kinerja pada awal tahun seiring daya beli masyarakat yang melemah, menurut laporan dari firma riset International Data Corporation (IDC). Lembaga ini bahkan memprediksi pengiriman ponsel dalam keseluruhan tahun ini akan stagnan dibandingkan 2021.
Laporan IDC menunjukkan jumlah pengiriman ponsel pada kuartal pertama 2022 hanya mencapai 8,9 juta unit, atau terkoreksi mencapai 17,3 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pasar ponsel secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) juga mengalami koreksi 13,1 persen.
“Daya beli konsumen yang lebih rendah karena kenaikan harga barang, seperti gas dan komoditas (termasuk telepon seluler) dan pasokan smartphone entry-level yang lebih rendah di pasar berkontribusi terhadap penurunan ini,” kata Associate Market Analyst IDC Indonesia, Vanessa Aurelia, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (17/6).
IDC lantas memperkirakan pengiriman smartphone pada kuartal kedua tahun ini akan lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Menurutnya, momentum Ramadan, dengan konsumen mendapatkan pemasukan tambahan dari tunjangan hari raya (THR), berhasil memberikan dorongan pada pasar khususnya pada April. Namun, tambahan pendapatan itu bisa jadi terdampak oleh sejumlah kebijakan, seperti kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen, dan penyesuaian tarif bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
“Harga yang lebih tinggi diperkirakan akan menambah tekanan ekstra pada daya beli konsumen. Vendor mungkin tidak dapat menyerap kenaikan harga di atas level tertentu, sehingga mengakibatkan harga jual keseluruhan lebih tinggi,” ujarnya.
Persaingan pasar ponsel
Pada periode sama, Samsung berhasil menjadi pemimpin pasar industri smartphone dalam negeri, menurut laporan sama. IDC menyebut vendor ponsel pintar dari Korea Selatan ini sanggup meraih 23,3 persen pangsa pasar. Kinerja Samsung ini dinilai berkat sejumlah model kunci, seperti flagship Galaxy S22 serta jajaran seri A.
Sedangkan, Oppo harus puas menjadi runner up dengan pangsa pasar 20,2 persen. Produsen ponsel pintar dari Cina ini menonjol dengan seri A95 dan A76. Ponsel 5G Oppo, yakni seri Reno dan Find X, turut menjadi pendorong pertumbuhan.
vivo mengawali 2022 dengan pangsa pasar mencapai 17,1 persen, disusul Xiaomi dan realme dengan pangsa pasar masing-masing mencapai 12,3 persen dan 12,5 persen.
Laporan IDC ini berbeda dengan riset dari Counterpoint Research. Menurut laporan, Rabu (25/5), pada kuartal pertama tahun ini, Oppo merupakan penguasa pasar ponsel pintar dengan pangsa pasar 22,3 persen. Setelahnya, disusul vivo dengan pangsa pasar 20,6 persen, Samsung 18 persen, Xiaomi 14,3 persen, dan realme 11,0 persen.
Laporan Counterpoint Research juga menunjukkan pasar ponsel pintar Indonesia tumbuh 11 persen dalam setahun pada kuartal I-2022. Menurutnya, pertumbuhan tersebut beriring pemulihan ekonomi yang dimulai pada semester kedua tahun lalu. Analis Senior Counterpoint Research, Febriman Abdillah, bahkan mengatakan pasar ponsel pintar Indonesia tahun ini memiliki prospek menjanjikan.