Jakarta, FORTUNE – Indodax mensinyalir penurunan inflasi di Amerika Serikat telah menjadi katalis positif bagi performa pasar aset digital.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, dalam keterangan pers yang dikutip Senin (20/2), menyatakan kenaikan harga aset kripto terjadi akibat permintaan yang tinggi. Menurutnya, tumbuhnya minat terhadap kelas aset ini mendorong pasar bergerak ke arah positif.
Jika ditelisik lebih dalam, katanya, terdapat faktor-faktor yang mendukung investor untuk melakukan aksi beli aset kripto.
"Turunnya angka inflasi membuat masyarakat lebih leluasa untuk mengoleksi portofolio investasi digital,” katanya, seraya menambahkan penurunan inflasi juga menyiratkan kebijakan moneter AS yang lebih longgar.
Saat artikel ini ditulis, harga Bitcoin, naik 12,21 persen dalam sepekan terakhir menjadi US$24.509. Sedangkan, dalam kurun waktu sama nilai Ethereum meningkat 11,34 persen, XRP 4,34 persen, Cardano 11,46 persen, dan Polygon 22,76 persen.
Menurut data dari Trading Economics, inflasi AS secara tahunan pada Januari tahun ini mencapai 6,4 persen, atau lebih rendah dari 6,5 persen dari Desember tahun lalu.
Sentimen ekonomi
Menurut Oscar, dulu sentimen makrekononomi tidak terlalu berpengaruh terhadap pasar kripto ketika karakter tedesentralisasinya baru muncul, .
Namun, seiring perkembangannya, investasi aset kripto semakin populer. Oscar menyebut banyak investor pemula yang bermunculan dan meramaikan pasar aset kripto. Pada saat sama, investor institusi juga tak sedikit yang berpartisipasi termasuk perusahaan seperti MicroStrategy.
“Semakin banyaknya investor membuat kripto semakin mengglobal. Investor yang berinvestasi pada saham dan properti pun mulai melirik Bitcoin dan kripto sehingga kripto pun semakin lama semakin dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi makro di hampir setiap negara di dunia,” ujarnya.
Beberapa sentimen yang dapat berpengaruh ke pasar adalah negara yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran seperti El Salvador dan Republik Afrika Tengah, negara yang menolak aset kripto seperti Cina, dan kenaikan suku bunga bank sentral (AS) yang mempengaruhi gerak aset kripto.
"Jika kondisi makroekonomi global sehat, orang-orang cenderung akan memiliki lebih banyak aset dan rajin untuk mengumpulkan portofolio aset digital. Jadi, tidak heran apabila permintaan terhadap aset kripto sejalan dengan harga yang meningkat,” katanya.