Jakarta, FORTUNE – JP Morgan, bank terbesar di Amerika Serikat (AS), secara resmi merambah metaverse.
Perusahaan jasa keuangan tersebut merilis lounge di mal Metajuku Decentraland, sebuah metaverse berbasis browser (dan teknologi blockchain) yang didukung oleh Digital Currency Group.
JP Morgan adalah bank Wall Street pertama yang merilis kehadiran di metaverse, dan bergabung dengan sejumlah jenama lainnya seperti Samsung dan kedutaan Barbados, demikian warta Bloomberg Quint, Rabu (16/2).
Bank ini telah menjadi pendukung teknologi blockchain dan penggunaannya dalam transaksi keuangan. Buktinya, JP Morgan Coin atau JPM Coin. Upaya merambah metaverse pun merupakan langkah lanjutan dalam investasinya membangun infrastruktur pada semesta kripto.
“Sekarang kami fokus untuk mendorong nilai secara eksternal dengan menyediakan infrastruktur,” kata Christine Moy, Head of Crypto and The Metaverse JP Morgan, sembari menambahkan itu termasuk layanan blockchain dan teknologi pembayaran kepada klien seperti penerbit gim.
Rilis buku putih prospek metaverse
JP Morgan pun merilis buku putih (white paper) bertajuk Opportunities in the Metaverse: How business can explore the metaverse and navigate the hype vs reality.
"Ada banyak minat klien untuk mempelajari lebih lanjut tentang metaverse," begitu pernyataan Christine kepada laman Coin Desk.
Dalam laporannya, JP Morgan menyebut perekonomian metaverse sebagai metanomics. Dimulai dengan lonjakan harga tanah virtual di metaverse hingga dua kali lipat hanya dalam waktu enam bulan, dari US$6.000 pada Juni 2021 menjadi US$12.000 atau lebih dari Rp171 juta pada Desember tahun sama.
“Sebagian pertumbuhan ini karena brand telah membeli ruang sehingga dapat membuat toko virtual dan pengalaman lainnya,” demikian bunyi white paper JP Morgan.
Bisnis periklanan dan pemasaran diprediksi bakal jadi salah satu kue ekonomi terbesar di Metaverse, kata laporan sama. JP Morgan menaksir belanja iklan dalam gim metaverse akan mencapai US$18,41 miliar atau lebih dari Rp263 triliun pada 2027.
Terlepas dari hype akan potensi metaverse, kata JP Morgan, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu dikembangkan secara matang, di antaranya masalah teknologi, infrastruktur komersial, privasi dan identitas, tenaga kerja masa depan, regulasi, perpajakan, dan infrastruktur sosial.
“Kami percaya terhadap lanskap gim virtual yang ada, yang akan menjadi elemen paralel dengan ekonomi global yang ada,” ujarnya.