Jumlah Investor 16 Juta, Indodax: Ekosistem Kripto RI Makin Kokoh

Indodax ramal investor bisa tembus 20 juta pada 2023.

Jumlah Investor 16 Juta, Indodax: Ekosistem Kripto RI Makin Kokoh
Ilustrasi investasi kripto. Shutterstock/The Kong
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – CEO Indodax, Oscar Darmawan, menanggapi positif perkembangan terbaru jumlah investor aset kripto domestik. Menurutnya, kabar tersebut menjadi sinyal positif ekosistem kripto Indonesia yang akan semakin kokoh di masa mendatang.

Berdasarkan data Badan Pengawas Badan Berjangka Komoditi (Bappebti), total investor aset kripto pada Agustus 2022 mencapai 16,1 juta. Padahal, tahun lalu pelanggan kelas aset ini hanya 11,2 juta.

“Meskipun pada 2022 ini market kripto sedang masuk fase winter, nyatanya peminat investasi kripto masih banyak yang mana dibuktikan dengan penambahan jumlah investor,” kata Oscar dalam keterangan yang dikutip Rabu (12/10). Dia bahkan memprediksi jumlah investor aset kripto bisa jadi mencapai 20 juta orang tahun depan.

Kendati pasar sedang turun, situasi saat ini justru bisa dimanfaatkan oleh investor, kata Oscar. Menurutnya, investor dapat mengumpulkan portofolio asetnya dengan membeli pada harga miring untuk kemudian dijual kembali.

Saran kebijakan

source_name

Dengan perkembangan yang terjadi di sisi pasar dan sisi pelaku serta regulator, Indodax memprediksi ekosistem aset kripto Indonesia bakal semakin mantap ke depannya.

Platform pertukaran aset kripto tersebut mengapresiasi Bappebti yang tanggap dalam membuat peraturan aset kripto, apalagi lembaga itu baru-baru ini mengatur aset kripto mana saja yang bisa diperdagangkan, serta menyetop izin exchanger baru.

“Tentu saya berharap dengan regulasi regulasi Bappebti dapat membuat investor kripto di Indonesia semakin aman dan nyaman khususnya ketika mereka bertransaksi di exchange lokal yang sudah teregulasi,” ujar Oscar.

Pemerintah pun dapat memperkuat ekosistem aset kripto dengan segera meresmikan bursa berjangka. Menurutnya, itu demi membantu pengawasan terhadap transaksi di exchanger aset kripto.

“Prospek bursa kripto akan sangat bagus dan bermanfaat di kemudian hari agar bisa mengawasi transaksi kripto sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku,” katanya.

Transaksi kripto

Ilustrasi perdagangan aset kripto. Shutterstock/Irina Budanova

Selain merilis kenaikan jumlah investor, Bappebti melaporkan total nilai transaksi aset kripto pada Januari-Agustus 2022 turun lebih dari 50 persen dalam setahun menjadi Rp249,3 triliun.

Namun, menurut Oscar, situasi itu merupakan kondisi yang wajar. Indodax sebagai platform pertukaran aset kripto yang berusia delapan tahun, katanya, telah mengalami fase pasar turun lebih dari satu kali.

“Nilai transaksi pada 2021 jauh lebih besar selain karena harga kripto yang memang sedang bullish, banyak orang yang transaksi dan take profit. Berbeda dengan tahun ini. Selain harga kripto yang sedang bearish, para investor pun enggan untuk bertransaksi,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda, Senin (10/10), mengomentari kemelorotan transaksi perdagangan aset kripto sepanjang tahun ini.

Menurutnya, pasar aset kripto tengah terguncang oleh sentimen makroekonomi, seperti kondisi geopolitik yang memanas serta ancaman resesi. Belum lagi kebijakan moneter Amerika Serikat yang membuat investor menjauhi pasar.

"Ini yang mulai terasa di Indonesia. Investor memilih menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke market kripto di saat situasi makroekonomi sudah stabil," ujarnya.

Implementasi pengenaan pajak aset kripto disinyalir ikut berdampak terhadap tren penurunan transaksi. Berdasarkan data internal Aspakrindo, pajak menyebabkan efek berkepanjangan bagi platform pertukaran aset kripto lokal. Pasalnya, volume transaksi exchanger lokal belum bisa kembali naik setelah kebijakan itu diberlakukan.

“Fee transaksi ditambah pajak yang diterapkan oleh exchange lokal kalah kompetitif dengan exchanger global yang jauh lebih rendah dengan rata-rata trading fee. Hal ini yang membuat nasabah beralih untuk mencari cost trading termurah,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya
Cara Menghitung Dana Pensiun Karyawan Swasta, Ini Simulasinya
Konsekuensi Denda Jika Telat Bayar Cicilan KPR, Bisa Disita
Investor Asing Hengkang dari Pasar Obligasi Asia pada Desember 2024
Cara Mengurus Sertifikat Tanah Hilang, Biaya, dan Prosedurnya