Jakarta, FORTUNE – Intel dikabarkan tengah mengalami periode bisnis yang tidak memuaskan. Pasalnya, perusahaan pembuat chip itu baru saja kehilangan nilai kapitalisasi pasar US$8 miliar, Jumat (27/1).
Reuters melansir saham Intel pada akhir pekan lalu terkoreksi 6,4 persen. Pada saat bersamaan, saham sejumlah perusahaan yang menjadi pesaingnya, seperti Advanced Micro Devices (AMD) dan Nvidia, masing-masing malah naik 0,3 persen dan 2,8 persen.
“Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan atau menjelaskan keruntuhan bersejarah Intel," kata Hans Mosesmann dari Rosenblatt Securities.
Intel melaporkan pendapatannya pada kuartal keempat tahun lalu melorot 32 persen secara tahunan (yoy). Perusahaan itu bahkan membukuakan rugi US$644 juta pada kuartal tersebut, sebagaimana dilansir CNBC International.
Intel diperkirakan terdampak oleh berlebihnya pasokan semikonduktor. Selain itu, melemahnya permintaan dari pabrik ditaksir telah menekan margin perusahaan.
Dua persoalan itu diprediksi takkan mereda, serta akan mengakibatkan perusahaan masih membukukan kerugian bersih yang disesuaikan sebesar 15 sen per saham pada kuartal mendatang.
Kalah saing
Intel juga terus kehilangan pangsa pasarnya dari kompetitor seperti AMD, yang telah menggunakan jasa TSMC, perusahaan pembuat chip di Taiwan yang membuat chip dengan melebihi teknologi yang dimiliki Intel.
“Chip Genoa dan Bergamo (pusat data) AMD memiliki keunggulan harga [berbanding] kinerja yang kuat dibandingkan dengan prosesor Intel Sapphire Rapids, yang akan mendorong perolehan saham AMD lebih lanjut,” kata Matt Wegner, analis di YipitData, seperti dilansir Reuters.
Analis mengatakan hal itu menempatkan Intel pada posisi kurang menguntungkan, bahkan ketika pasar pusat data turun, yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun lalu. Lantas, perusahaan ditaksir akan kehilangan lebih banyak saham pada saat itu.
"Sekarang sudah jelas mengapa Intel perlu memangkas begitu banyak biaya karena rencana awal perusahaan terbukti hanya fantasi," kata pialang Bernstein."Besarnya penurunan ini mencengangkan, dan membawa potensi kekhawatiran pada posisi kas perusahaan dari waktu ke waktu."
Intel, yang berencana memangkas biaya US$$3 miliar pada tahun ini, menghasilkan persediaan cash US$7,7 miliar dari operasi pada kuartal keempat dan membayar dividen US$1,5 miliar.
Prospek buruk tersebut disinyalir menjadi tantangan bagi CEO Intel, Pat Gelsinger. Belakangan, dia telah mencoba untuk membangun kembali dominasi Intel dengan memperluas kontrak manufaktur, serta membangun pabrik baru di Amerika Serikat dan Eropa.
Dalam konferensi dengan analis, Gelsinger mengatakan sejumlah faktor di luar kendali perusahaan yang telah berkontribusi kepada masalah inventaris dan produksi, di antaranya pasar komputer pribadi (PC) yang melambat, serta peritel yang memperbaiki inventaris mereka.
"Meskipun kami tahu dinamika ini akan berbalik, sulit memprediksi kapan," kata Gelsinger kepada analis seperti dilansir dari CNBC International.