Kinerja Kripto Solana Mendadak Turun Tajam, Korban Isu FTX?

Solana punya relasi cukup dekat dengan FTX.

Kinerja Kripto Solana Mendadak Turun Tajam, Korban Isu FTX?
Ilustrasi Solana. Shutterstock/rafapress
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kinerja aset kripto Solana mendadak turun tajam belakangan di tengah isu bursa aset kripto FTX yang bangkrut. Apa masalah yang dihadapi token berkode SOL tersebut?

Menurut Reuters, Selasa (15/11), penurunan Solana mencapai 53,8 persen sejak awal November ini. Sebagai perbandingan, Ethereum, yang merupakan aset kripto sejenis, hanya terkoreksi 20 persen dalam periode sama. Lalu, pelemahan Bitcoin, yang merupakan kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, cuma 19 persen.

“Dalam guncangan kripto saat ini, korban tak bersalah yang paling disayangkan adalah ekosistem Solana,” kata Stefan Rust, CEO perusahaan dompet blockchain Laguna Labs, kepada Reuters. Dia, serta sejumlah pemain aset kripto lain, mensinyalir FTX, dan sister company Alameda Research, kemungkinan menjual Solana dalam jumlah besar sebagai upaya bertahan.

Solana merupakan proyek sumber terbuka yang menggunakan teknologi blockchain tanpa izin untuk menyediakan solusi keuangan terdesentralisasi (DeFi), demikian CoinMarketCap. Solana resmi diluncurkan pada Maret 2020 oleh Solana Foundation yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss.

Tidak sedikit investor dan pengembang aplikasi telah meninggalkan blockchain Solana. Buktinya, jumlah aset kripto SOL yang disimpan di jaringan tersebut hanya 24,74 juta, atau turun jauh dari 68,2 juta yang terlihat pada Juni, menurut data dari agregator DeFiLlama.

Sementara, data dari CoinGecko menunjukkan kapitalisasi pasar SOL telah menyusut sekitar 55 persen sejak 2 November, dari US$11,6 miliar menjadi US$5,1 miliar. Untuk perbandingan saja, market cap Ether dan Bitcoin masing-masing hanya turun 21 persen dan 18 persen.

Relasi Solana-FTX

Bursa FTX. Shutterstock/Sergei Elagin.

FTX mengajukan kebangkrutan akhir pekan lalu usai mengalami masalah penarikan dana dari nasabah yang mencapai US$6 miliar, demikian Reuters. Tindakan nasabah ini ditengarai dipicu oleh batalnya transaksi akuisisi FTX oleh Binance.

Masalahnya, Sam Bankman-Fried, CEO FTX yang baru saja mengundurkan diri, adalah pendukung utama Solana. Mengutip CoinDesk, bursa aset kripto tersebut membeli sebanyak 58,09 juta token Solana dari Yayasan Solana dan entitas saudara Solana Labs. Meski demikian, belum jelas bagaimana nasib aset tersebut selama proses kebangkrutan.

Solana Foundation, dalam keterangan resmi, Selasa (15/11), menyatakan perusahaan memiliki US$1 juta tunai atau setara tunai di FTX.com ketika bursa aset kripto tersebut menyetop penarikan. Meski demikian, angka tersebut setara kurang dari 1 persen total kas Solana Foundation.

“Oleh karena itu, dampaknya terhadap operasional Solana Foundation dapat diabaikan” begitu keterangan resmi Solana Foundation.

Namun, Solana Foundation tercatat mengenggam 3,24 juta lembar saham FTX Trading Ltd, 3,43 juta FTT, token besutan FTX, dan 134,54 juta Serum, token dari platform aset kripto on-chain yang juga milik Bankman-Fired. Kepemilikan tersebut menunjukkan hubungan keuangan yang mendalam antara Solana dan FTX.

Meski demikian, salah satu pendiri Solana, Anatoly Yakovenko, dalam sebuah cuitan baru-baru ini di Twitter, menyatakan perusahaan pengembangan Solana Labs tidak memiliki aset apa pun di FTX dan memiliki landasan keuangan yang cukup selama sekitar 30 bulan.

Sementara, salah satu pendiri Solana lainnya, Raj Gokal, mengatakan ini adalah momen yang “krusial" bagi ekosistem, namun "setiap saat, kami menjadi lebih kuat".

"Jauh lebih baik bagi Solana bahwa hubungan dengan kerajaan Sam Bankman-Fried berakhir sekarang, bahkan jika hasilnya adalah penderitaan jangka pendek yang serius," kata Jack Saracco, seorang pendiri bank digital dan perusahaan solusi pembayaran Ping, seperti dilansir dari Reuters.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina